JATIMTIMES - Dunia internasional selalu memperingati 14 Februari sebagai Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang. Namun bagi Kota Blitar, 14 Februari menjadi hari yang juga sangat istimewa. Bukan hanya merayakan Hari Kasih Sayang, kota dengan berbagai kenangan itu juga selalu memperingati 14 Februari sebagai hari Pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air).
Belakangan, Pemerintah Kota Blitar dan masyarakat Bumi Bung Karno telah mendeklarasikan 14 Februari sebagai Hari Cinta Tanah Air. Hari Cinta Tanah Air dideklarasikan untuk menggaungkan semangat nasionalisme dan mengingat perjuangan Shodanco Supriyadi (pemimpin PETA) melawan penjajah Jepang.
Baca Juga : Boy Rafli Ungkap Pekembangan Penanganan Kasus Terorisme di RI
Salah satu agenda penting peringatan Hari Cinta Tanah Air di Kota Blitar adalah pertunjukan sendratari kolosal dan teatrikal perjuangan PETA. Agenda ini akan digelar pada Selasa (14/2/2023) di Monumen PETA Kota Blitar. Untuk menyukseskan pagelaran ini, Pemkot Blitar akan melibatkan ratusan seniman daerah.
Untuk pertunjukan sendratari kolosal dan teatrikal perjuangan PETA ini, Pemkot Blitar akan mengolaborasikan sendratari, seni teater, dan seni musik. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Blitar Edy Wasono mengatakan konsep ini diambil dengan harapan pesan yang disampaikan akan lebih mudah dicerna masyarakat. Juga drama kolosal yang ditampilkan akan menarik dari segi artistis dan alur yang disajikan lebih dramatis.
“Total ada sekitar 140 seniman daerah yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Ada yang berperan sebagai pemain inti, penari, pembawa atraksi bendera, dan sebagai figuran atau rakyat. Secara terjadwal, seluruh seniman ini melakukan latihan di pelataran Istana Gebang. Kita akan tampilkan, saat adegan perang itu, akan ada tarian yang membuat suasana semakin hidup dan dramatis,” kata Edy dilansir dari laman situs resmi Pemkot Blitar, Senin (13/2/2023).
Konsep dan warna baru ini diharapkan akan membuat drama kolosal perjuangan PETA lebih menarik. Konsep ini akan benar-benar membuat nuansa perjuangan Shodanco Supriyadi lebih terasa.
Terlebih, Pemkot Blitar sudah mendatangkan sarana dan prasarana penunjang Museum PETA. Misalnya pesawat tempur dan tank yang berada di sebelah timur Monumen PETA. Pemkot Blitar juga menyediakan videotron yang menggambarkan masa-masa perjuangan tentara PETA. Mulai dari di Istana Gebang, Monumen Potlot dan lainnya.
“Nanti kita juga akan gunakan sarana prasarana pendukung untuk menggambarkan masa-masa tahun 1945. Seperti penggunaan kendaraan dokar untuk masyarakat Blitar yang menjadi korban romusha dan lainnya,” terang Edy.
Baca Juga : Gregetannya Warga Bandung Saat Tunggu Hakim Baca Vonis Ferdy Sambo
Sekadar mengingatkan, pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar adalah sebuah peristiwa pemberontakan yang dilakuan sebuah batalion PETA di Blitar yang dipimpin oleh Shodancho Supriyadi terhadap pasukan Jepang.
Peristiwa heroik pemberontakan tersebut Kemudian menjadi pelopor pergerakan perlawanan PETA di seluruh tanah air. Puncak dari gerakan ini adalah peristiwa Rengasdengklok dan pengibaran bendera Merah Putih di sana pada tanggal 16 Agustus 1945 serta diculiknya founding cather Bung Karno dan Bung Hatta yang kemudian menjadi inisiator kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.