JATIMTIMES - Pemerintah Kabupaten Kediri akan memperluas nilai tambah komoditas kopi dengan merancang program bersama dirjen perkebunan Kementerian Pertanian. Pertemuan itu juga membahas kemandirian bibit.
Upaya ini dilakukan karena tumbuh kembang kopi di Kabupaten Kediri dinilai melimpah. Tak hanya di lereng Wilis, kopi di Kediri juga tumbuh di wilayah timur seperti Kepung, Puncu, dan Medowo.
Baca Juga : Pemkot Kediri Tambah Kepesertaan dalam Musrenbang Tahun 2023
Kerja sama ini nantinya akan menyasar pada proses produksi hingga hilirisasi kopi. Termasuk adanya rencana penentuan brand kopi asli Kediri untuk dipasarkan di bandara baru yang akan beroperasi di Kabupaten Kediri.
“Kami segera mencoba diversifikasi produk dan industrialisasi. Dengan adanya bandara (baru) ini, harus ada oleh-oleh yang ditunggu,“ jelas Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, Kamis (2/1/2023).
Dari jumlah penduduk lebih dari 1,6 juta jiwa di Kabupaten Kediri, Mas Dhito (sapaan akrab Bupati Hanindhito) mengatakan 80 persen merupakan petani. Sedangkan 30 persen hamparan lahan di wilayahnya adalah pertanian dan perkebunan.
Sehingga menjadi penting untuk menyiapkan berbagai potensi perkebunan di Bumi Panjalu untuk dijadikan oleh-oleh.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alamsyah menyebutkan, potensi kopi di kabupaten yang akan berusia 1.219 tahun pada 25 Maret mendatang ini dinilai besar.
Dengan potensi tersebut, pihaknya berkeinginan untuk ikut mendorong perkebunan partisipatif di Bumi Panjalu. “Existing kopi di Kabupaten Kediri sangat maju. Kami ingin hadir juga dalam rangka melakukan peremajaan dan pengembangan kawasan,” ungkapnya.
Dalam pertemuan itu, juga hadir Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian RI Fadjri Djufri yang mendiskusikan hilirisasi produk kopi di Kabupaten Kediri.
Baca Juga : Nyaris Sempurna, KPK Nilai MCP Pemkot Mojokerto 95,51 Persen
Sedangkan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri Anang Widodo menyebutkan tahun ini pemerintah kabupaten tengah fokus mendirikan warehouse dan packing house untuk hilirisasi kopi.
Di sisi lahan untuk perkebunan kopi, khususnya di lereng Wilis yang menjadi pilot project mengalami peningkatan luasan lahan 23 hektare menjadi sekitar 45 hektare.
“Harapannya berkembang di akhir tahun ini akan berkembang menjadi 100 hektare lebih” katanya.
Mas Dhito berharap dengan adanya pertemuan ini, nantinya akan terwujud program-program yang telah dicanangkan. “Semoga nantinya (pertemuan) ini menghasilkan sesuatu yang betul-betul dirasakan secara konkret oleh masyarakat,” harapnya.
Selain kopi, pertemuan tersebut juga membahas mengenai industrialisasi nanas. Di lain sisi, juga dibahas pengenai penyaluran bibit kelapa genjah dari Kementerian Pertanian seluas 119 hektare.