JATIMTIMES - Gelaran G20 di Bali sukses digelar pada 15-16 November 2022. Membawa tema “Recover Together, Recover Stronger”, kelompok yang terdiri dari 20 anggota ini fokus membahas populasi bumi, perdagangan global dan PDB dunia.
Untuk Indonesia, event G20 dinilai mampu meningkatkan devisa negara hingga mengembalikan kejayaan sektor pariwisata, khususnya di Bali. Serta meningkatkan konsumsi domestik yang mengoptimalisasikan peranan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), peningkatan PDB, hingga penyerapan tenaga kerja.
Baca Juga : Naik Hingga 83 Persen, Tutup Tahun 2022 Penumpang Bandara Juanda Capai 10 Juta Orang
Dari sisi ekonomi, manfaat langsung G20 bagi Indonesia adalah peningkatan konsumsi domestik yang diperkirakan bisa mencapai Rp 1,7 triliun, penambahan PDB hingga Rp 7,47 triliun, dan pelibatan tenaga kerja sekitar 33.000 orang pada beberapa sector yang dikutip dari laman Kominfo, Senin (26/12/2022)
G20 memiliki peranan yang strategis terkait isu global tentang pertumbuhan dan perekonomian serta stabilitas ekonomi dan keuangan. Karena keanggotaan dari G20 sendiri merupakan kombinasi negara maju dan berkembang dengan 66 persen populasi dunia menguasai 85 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.
Selain itu, lewat G20 Indonesia mendorong penguatan sistem multilateralisme dan adanya kemitraan global menjadi lebih efektif. Tujuannya memastikan perekonomian dunia tetap terbuka, adil, saling menguntungkan, dan menjamin tidak ada satupun yang tertinggal, khususnya pada kelompok miskin dan rentan.
Indonesia diharapkan mampu untuk ikut berkontribusi besar bagi pemulihan ekonomi global, melalui partisipasi aktifnya untuk membangun tata kelola dunia. Apalagi dunia masih dihantui oleh ketidakpastian
"Perkembangan geopolitis dan geostrategis kawasan serta ancaman badai global tersebut menjadikan perhelatan akbar G20 sebagai secercah harapan, titik terang ditengah kegelapan sekaligus momentum untuk mempererat kerjasama global, bersatu padu dalam lingkup kesetaraan, utamanya memitigasi perubahan lanskap global," kata Karo Humas Kemensetneg Eddy Cahyono Sugiarto, dikutip dari laman Kemensetneg, Senin (26/12/2022).
Forum G20 memiliki tiga jenis pertemuan, yaitu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)/ Summit merupakan rapat tingkat Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan. Pertemuan Ministerial dan Deputies Meetings atau Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi yang terdiri dari Finance Ministers and Central Bank Governors Meetings (FMCBG) yang dihadiri oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral.
Serta Finance and Central Bank Deputies Meetings (FCBD) yang dihadiri oleh para deputi. Pertemuan Yang terakhir yaitu Kelompok Kerja (Working Groups), dengan fokus mengenai penanganan isu-isu spesifik terkait agenda G20.
Pada Forum G20 Tahun 2022 terdapat dua isu yang dibahas yaitu Finance track dan Sherpa Track. Finance Track ini dibahas oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Finance Track merupakan bahasan yang berfokus pada keuangan, dimana di dalamnya memprioritaskan enam isu terkait perekonomian, yakni:
- Exit Policy untuk pemulihan ekonomi global pasca pandemik.
- Bagaimana mengatasi dampak pandemik agar pertumbuhan ekonomi di masa depan dapat terjamin, fokusnya pada dampak Covid-19 di sektor riil yang berkaitan dengan tenaga kerja dan keuangan.
- Sistem pembayaran di era digital.
- Pembahasan mengenai keuangan berkelanjutan yang menciptakan keadilan bagi semua negara.
- Inklusi keuangan terkait teknologi era digital dan akses pembiayaan serta pemasaran usaha mikro, kecil dan menengah.
- Membahas sistem perpajakan internasional agar tercipta kepastian rezim pajak yang transparansi dan pembangunan.
Sherpa Track membahas isu yang lebih luas di luar isu keuangan, seperti Pendidikan, Kesehatan, pemberdayaan perempuan, serta lingkungan dan iklim yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Keuangan Airlangga Hartarto dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Baca Juga : Multitalenta, Menteri PUPR Jadi Drummer Band Kotak
Dimana dalam kesempatan G20 Tahun 2022 ini dinilai mampu untuk menarik minat kepada seluruh pemimpin ekonomi dunia untuk dapat berkontribusi dan membangun prioritas guna memberikan kesempatan dan peluang investasi yang nantinya dapat dimanfaatkan secara optimal.
Dengan kata lain Presidensi G20 saat ini diyakini mampu membawa dampak konkret untuk pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional guna peningkatan perdagangan, industrialisasi, hingga penguasaan teknologi, baik itu bagi Indonesia maupun dunia internasional.
OLeh: Ervia Wijayanti Milasari, Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang