JATIMTIMES - Jumlah sperma di dunia terindikasi menurun. Hal ini menjadi kekhwatiran bagi para ilmuwan. Sebab, hal ini dapat mengancam keberlangsungan manusia. Dilansir dari USA Today dan beberapa sumber lain, analisis meta pada 250 studi sebelumnya mengungkap perhitungan sperma dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Data menunjukkan dari 1973 hingga 2018 telah terjadi penurunan sekitar 1,2 persen per tahun sampai 2000. Setelah itu, kemudian menurun lebih cepat menjadi 2,6 persen per tahun.
Baca Juga : 5 Zodiak Ini Paling Suka Bohong Soal Perasaan dan Isi Hati
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction Update itu mengumpulkan data dari lebih dari 57.000 pria yang berasal dari 223 studi di 53 negara. Hal ini pun menjadikannya meta-analisis terbesar yang pernah dilakukan pada topik tersebut.
Meski menurun, konsentrasi sperma rata-rata saat ini adalah 49 juta masih dalam kisaran yang dianggap "normal" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antara 15 dan 200 juta sperma per mililiter.
"Di Amerika Serikat karena ketersediaan data yang baik, ada kepastian tertinggi bahwa ada penurunan yang kuat dan berkelanjutan, tapi sama juga secara global," kata Profesor Hagai Levinde dari Hebrew University sebagai pemimpin riset.
Lebih lanjut, selain ketidak suburan, penurunan jumlah sperma juga berimbas pada permasalahan kesehatan. Selain itu, bahan kimia pengganggu endokrin atau faktor lingkungan lainnya mungkin berperan dalam penurunan ini bekerja pada janin di dalam rahim.
"Selain itu, pilihan gaya hidup dan bahan kimia di lingkungan berdampak buruk pada perkembangan janin," paparnya.
Baca Juga : Mengenal Koh Panyee, Desa Terapung di Thailand yang Dihuni Muslim dari Jawa
Untuk itu, pihaknya menyuarakan untuk melakukan langkah mitigasi. Sebab, hal ini menurutnya merupakan permasalahan yang serius yang mengancam hidup umat manusia.
"Kami mendesak tindakan global untuk mempromosikan lingkungan yang lebih sehat untuk semua spesies dan mengurangi paparan dan perilaku yang mengancam kesehatan reproduksi kita,"pungkasnya.