JATIMTIMES - Upaya antisipasi terjadinya bencana banjir terus dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Sebab, bencana banjir yang terjadi pada Senin (17/10/2022) lalu disinyalir terjadi akibat beberapa hal. Baik banjir bandang maupun banjir luapan.
Selain karena pendangkalan sungai dan perlu dilakukan normalisasi, terjadinya banjir juga disinyalir akibat kondisi hulu atau wilayah yang berada lebih tinggi di Kabupaten Malang yang tangkapan lahannya mulai berkurang. Atau, berkurangnya lahan hutan yang dinilai banyak beralih fungsi.
Baca Juga : TBC Dua Kali Lebih Mematikan daripada Covid-19, Kemenkes Gandeng 8 Perusahaan di Jatim
Hal tersebut salah satunya juga menjadi evaluasi bagi Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU-SDA) Kabupaten Malang. Terkait hal tersebut, Dinas PU-SDA meminta agar pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas memperhatikan betul kondisi yang ada di hulu.
"Kita minta ke BBWS, juga sudah mengusulkan, bahwa untuk mengantisipasi banjir tahun-tahun berikutnya, kita harus mempertimbangkan betul kondisi yang ada di hulu," ujar Kepala Dinas PU-SDA Kabupaten Malang Khaerul Isnaidi Kusuma.
Menurut pria yang akrab disapa Oong ini, kondisi di hulu harus benar-benar diperhatikan. Sebab dari informasi yang ia himpun, ada beberapa kondisi peralihan fungsi lahan. Misalnya yang semula menjadi lahan hutan menjadi lahan perkebunan sayur.
"Di hulu ini, harus ditangani. Entah reboisasi, penanaman pohon semua harus dilakukan. Harus bersinergi dengan provinsi dan pusat. Vegetasi memang berkurang, lahan di atas ada yang sudah habis atau berganti ke lahan sayur. Ada di selatan jadi pisang," jelas Oong.
Kondisi tersebut, secara tidak langsung membuat area tangkapan air menjadi berkurang. Sehingga, air yang seharusnya diresap dan masuk ke tanah, cenderung langsung mengalir ke sungai.
“Jadi tangkapan air langsung lari ke sungai. Run off nya ndak masuk lagi ke tanah ke dalam bumi. Dengan adanya penanaman pohon kembali, air bisa masuk kembali ke tanah. Setidaknya bisa mengurangi risiko,” ujarnya.
Selain itu sebelumnya, hal senada juga menjadi catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang. Yang menyebut bahwa penyebab banjir, memang terjadi cukup kompleks. Artinya ada penyebab selain pendangkalan sungai.
Baca Juga : Kecelakaan 2 Sepeda Motor di Kota Batu Renggut Nyawa 1 Korban di Lokasi
"Artinya memang cukup kompleks. Jika bicara banjir, kita juga harus melihat daerah yang di hulu. Misalnya tangkapan lahannya berkurang, ya bisa jadi juga vegetasinya berkurang, atau juga mungkin karena pola tanam di hulu yang berubah," ujar Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan.
Hanya saja dirinya menilai, pendangkalan sungai memang menjadi faktor yang saat ini cukup terlihat nyata sebagai penyebab banjir. Saat ini, Pemkab Malang juga tengah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas untuk melakukan normalisasi.
"Jadi memang BBWS Brantas itu bukan berwenang di Sungai Brantas saja, tapi juga anak-anak sungai yang ada di Kabupaten Malang," pungkas Sadono.
Sebagai informasi, pada bencana banjir dan longsor Senin (17/10/2022) lalu, tercatat ada sebanyak 9 kecamatan yang terdampak. Catatan media ini, ada 3 kecamatan yang cukup parah. Yakni di Kecamatan Sumbemanjing Wetan, Ampelgading dan Tirtoyudo. Dimana dari 2.959 KK yang terdampak, sebagian besar dari 3 kecamatan tersebut.
Rinciannya 1.370 KK di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, 645 KK di Kecamatan dan Ampelgading dan sebanyak 539 KK di Kecamatan Tirtoyudo. Sisanya tersebar di Kecamatan Kalipare, Donomulyo, Gedangan, Bantur, Dampit dan Pagak.