JATIMTIMES - Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar terus hadir di tengah-tengah masyarakat dalam rangka implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Terkini, Dosen Unisba Blitar melaksanakan pengabdian masyarakat di Dusun Gadungan, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.
Informasi yang diterima JATIMTIMES, kegiatan pengabdian masyarakat kali ini dilaksanakan oleh Wydha Mustika Maharani, S.AP., M.AP (Ketua Pelaksana, Dosen Unisba Blitar) dengan anggota Elsa Febiola (Mahasiswa Fisipol Unisba Blitar). Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Dusun Gadungan ini mengambil tema Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan dalam Perspektif Livelihood di Kabupaten Blitar.
Baca Juga : Tak Berizin, Dua Pemilik Tower BTS di Dampit dan Kepanjen Dikenai Denda Rp 30 Juta
Dipilihnya Dusun Gadungan, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari sebagai lokasi pengabdian karena sebagian besar mata pencaharian di bidang pertanian. Menurut Wydha selaku ketua pelaksana kegiatan, di samping potensi yang ada, terdapat pula masalah yang terjadi di masyarakat. Di antaranya banyaknya lahan tidur atau lahan kosong yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, lahan pekarangan yang cukup luas, produktivitas masyarakat yang rendah, serta kurangnya kompetensi yang dimiliki masyarakat dalam mengolah lahan pekarangan secara efektif.
“Selain masalah-masalah tersebut, ada juga masalah yang muncul sebagai efek pandemi Covid-19. Salah satunya adalah banyak warga yang terpaksa kembali ke kampung halaman karena kehilangan pekerjaan, usahanya gulung tikar, atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) namun kurang teredukasi bagaimana untuk tetap berdaya dan memanfaatkan peluang ekonomi,” kataWydha.
Program pemberdayaan ini didasarkan oleh konsep pembangunan melalui Pendekatan Sustainable Livelihood. Dijelaskan Wydha, livelihood adalah istilah pembangunan yang menggambarkan kemampuan (capabilities), kepemilikan (sumberdaya sosial dan material), dan kegiatan yang dibutuhkan seseorang/masyarakat untuk menjalani kehidupannya. Pendekatan Sustainable Livelihood digunakan dalam program pemberdayaan ini karena memiliki pemahaman bagaimana individu dan rumah tangga mendapatkan dan menggunakan aset sosial dan ekonomi tertentu untuk mencari peluang lebih lanjut, mengurangi resiko/kerentanan serta meningkatkan mata pencaharian mereka. Secara tidak langsung, SLA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari perencanaan.
Dalam konsep livelihood ini, ada banyak hal yang dapat dilakukan guna memenuhi kebutuhan secara mandiri. Salah satunya melalui pemanfaatan pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan, misalnya dengan budidaya tanaman pangan, seperti sayuran, rempah, atau buah-buahan.
“Nah, melalui pemanfaatan lahan pekarangan dengan budidaya tanaman pangan ini dapat menjadi salah satu upaya untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Masalah ketahanan pangan harus ditangani bersama. Tidak hanya pemerintah, namun diperlukan adanya partisipasi masyarakat secara aktif yang dimulai dari sektor terkecil pembentuk masyarakat, yaitu keluarga,” terang Wydha.
Sebelum Tim PKM Unisba Blitar melaksanakan kegiatan di lapangan, serangkaian kegiatan terlebih dulu dilaksanakan untuk mematangkan program. Diantaranya dilaksanakan kegiatan studi pendahuluan pada 3 September 2022. Studi pendahuluan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang potret riil dan kondisi objektif masyarakat.
Dari studi pendahuluan ini Tim PKM Unisba Blitar menemukan kondisi masyarakat sebelum dilakukan pendampingan. Kondisi tersebut, pertama subyek dampingan belum memiliki konsep keterlibatan masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga. Kedua, subyek dampingan belum memiliki pengetahuan (knowledge) terkait pemanfaatan tanah pekarangan (PTP) untuk wirausaha agribisnis. Ketiga, subjek dampingan belum memiliki keterampilan di bidang budidaya tanaman holtikultura secara baik, dari segi pembibitan, perawatan, maupun pemanenan untuk menunjang program pemanfaatan tanah pekarangan.
Pendampingan yang dilakukan Tim PKM Unisba Blitar diikuti oleh 10 orang warga Desa Gadungan. Warga mengikuti pendampingan ini dengan penuh semangat. Secara garis besar, warga sudah memahami materi karena sebagian besar sudah paham mengenai bercocok tanam dengan teknik yang sederhana. Namun masih terdapat beberapa pemahaman yang kurang begitu baik mengenai pemanfaatan pekarangan dengan teknik vertikultur yakni cara bertanam pada bak-bak tanaman yang diatur bertangga misalnya dengan memanfaatkan botol air mineral bekas atau bambu.
Dalam pendampingan ini, Tim PKM Unisba Blitar juga memberikan materi membuat pestisida nabati dengan menggunakan bahan yang mudah ditemui di antaranya dengan memanfaatkan bawang putih, teh wangi, tembakau kering atau bisa diganti dengan daun pepaya, detergen, dan air.
Baca Juga : Beon Intermedia Beri 600 Mahasiswa Polije Infrastruktur Cloud
“Pestisida ini dapat mengatasi masalah hama serangga, ulat, bakteri maupun jamur patogen. Materi yang telah disampaikan sebagai langkah produktif yang kami harapkan dapat menambah pemahaman warga yang masih awam,” imbuh Wydha.
Setelah mendapatkan pendampingan, warga Dusun Gadungan merasa mendapatkan pengalaman baru. Menurut Warga, materi ini sangat membantu dalam memberikan semangat, motivasi, dan pengetahuan kepada mereka dalam membangun ekonimi, kesehatan dan ketahanan pangan yang sehat produktif dan berkelanjutan di desanya. “Dari analisis yang kami lihat peserta yang mengikuti pendampingan termasuk dalam kategori pemahaman materi sangat baik. Semoga pendampingan ini akan sukses mendorong ketahanan pangan, ekonomi dan kesehatan di Desa Gadungan,” papar Wydha.
Setelah kegiatan pendampingan selesai, Tim PKM Unisba Blitar melakukan serangkaian evaluasi. Hasilnya, dari pendampingan ini subyek pendampingan memiliki kemampuan teknis dan ketrampilan untuk melakukan pemanfaatan tanah pekarangan untuk konservasi dan wirausaha agribisnis melalui teknik penanaman tabulampot, teknik vertikultur dan penanaman dengan menggunakan media mulsa plastik serta dapat membuat pestisida nabati dengan memanfaatkan bahan yang mudah ditemui.
“Beberapa perubahan yang sudah dicapai melalui Program PKM ini adalah terjadinya perubahan sikap mental dan pola pikir dan jiwa entrepreneur pada subyek dampingan. Sehingga mereka sadar akan adanya potensi lokal disekelilingnya yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai jual,” terangnya.
Yang lebih menggembirakan lagi, pendampingan ini sukses melahirkan kelompok subyek dampingan sebagai sebuah teamwork yang memiliki kesadaran dan semangat tinggi, serta memiliki cita-cita bersama untuk membangun home industry yang dapat memproduksi dari hasil tanamnya melalui pemanfaatan tanah pekarangan menjadi komudias ekonomi yang memiliki nilai jual. Beberapa di antaranya seperti pembuatan jamu tradisional beras kencur dan juga kripik pare yang berhasil diproduksi dan dipasarkan oleh salah satu warga Desa Gadungan Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.
“Dari pelatihan dan pendampingan ini lahir wirausahawan baru. Kami dari Unisba Blitar mendorong lahirnya entrepreneur baru di wilayah pedesaan untuk mendorong Kabupaten Blitar menuju Maju Bersama Sejahtera Bersama,” pungkas Wydha.