JATIMTIMES – PT Kereta Api Indonesia (PT KAI ) akan merenovasi dan memperluas kawasan Stasiun Kereta Api Banyuwangi Kota yang luas sebelumnya 2,4 hektare menjadi 3,5 hektare.
Menurut Azhar Zaki Assjari, manajer hukum dan humasda PT KAI Daop IX Jember, Stasiun KA Banyuwangi Kota akan dibangun dua lantai. Stasiun baru itu akan dilengkapi dengan swalayan dan tenant-tenant yang menyediakan oleh-oleh maupun makanan khas dari UMKM Banyuwangi.
Baca Juga : Mendag Zulkifli Hasan Dorong UMKM Terus Buat Produk Unggulan agar Bisa Ditampung Ritel Modern
“Sedangkan konsep bangunan akan tetap menerapkan budaya dan kearifan lokal Banyuwangi, bernuansa arsitektur Osing. Kawasan parkir dibangun lebih luas dan nyaman,” jelas Azhar Zaki melalui sambungan WhatsApp (WA) pada Jumat (28/10/2022)
Dia menuturkan untuk peningkatan akses jalan menuju Stasiun Banyuwangi Kota, pihaknya membutuhkan bantuan dan dukungan dari para stakeholders, terutama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi yang bisa membantu memberikan akses jalan yang lebih lebar dan representatif.
“Pasti kami akan minta bantuan dan dukungan dari Pemkab Banyuwangi. Planning-nya akhir tahun ini atau awal tahun 2023 sudah dilakukan groundbreaking pembangunan Stasiun Banyuwangi Kota yang baru," ungkapnya.
Sementara Suyanto Waspo Tndo Wicaksono, kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banyuwangi, siap menberikan support.
Menurut dia, bantuan dan dukungan dalam perencanaan dan analisis terkait penghitungan jumlah penumpang KA dan penduduk di jalan menuju stasiun, kepadatan arus lalu lintas ke stasiun, potensi dan durasi waktu kemacetan sepanjang jalan dan jalan-jalan alternatif serta ketertiban pajak dan retribusi parkir di Stasiun Banyuwangi Kota.
Rencana perluasan Stasiun Banyuwangi Kota tersebut berdampak pada sekitar 10 bangunan yang ada di Lingkungan Watu Ulo, Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Sebagian warga mulai membongkar bangunannya secara mandiri. Ada yang sedang melakukan proses pembangunan sesuai dengan planing PT KAI. Ada juga warung dan kafe yang masih tetap membuka usaha seperti hari-hari normal.
"Kurang lebih ada 10 bangunan warga di kawasan stasiun yang terkena imbas. Pengosongan ditargetkan tuntas akhir Oktober 2022," Abu Thalib (55 ), ketua RT 1 / RW 2, Lingkungan Watu Ulo, Kelurahan Bakungan, di rumahnya pada Jumat (28/10/2022).
Bangunan yang terpaksa dibongkar itu berdiri di tanah aset PT KAI. Warga sebetulnya hanya memiliki hak pakai, karena dalam kontraknya cuma berbentuk sewa yang diperpanjang setiap tahun
Baca Juga : Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Kembali Ajukan Pengajuan Autopsi
"Warga sebenarnya keberatan, tetapi mau gimana lagi. Warga diminta mengosongkan bangunan 1 bulan 15 hari sejak sosialisasi September kemarin," ujar warga yang sudah menempati sewa selama sekitar 30 tahun tersebut.
Jangka waktu satu setengah bulan yang diberikan PT KAI untuk pengosongan bangunan, menurut Abu Thalib, sangat singkat. Apalagi tidak ada kompensasi dalam proses pembongkaran. "Biaya pembongkaran tidak ada. PT KAI hanya bisa membantu alat berat jika ada bangunan yang tidak bisa dibongkar secara manual," cetusnya.
Abu Talib sendiri mengaku menelan kerugian ditaksir mencapai Rp 150 juta imbas perluasan Stasiun Banyuwangi Kota tersebut. Sebab, bangunan minimarket dan homestay miliknya harus ikut dibongkar.
"Karena sebagian bangunan saya terkena imbas pelebaran. Otomatis dimundurkan. Untuk pembangunan ulang kan butuh biaya yang tidak sedikit. Kalau kerugian saya sih sekitar Rp 150 juta," bebernya.
Menurut Abu Thalib, warga yang terdampak berharap ada kompensasi dari PT KAI dalam proses pembongkaran. Terlebih kondisi perekonomian yang belum stabil dampak pandemi covid-19. "Harapannya pasca-pandemi seperti ini, kami diberi kompensasi untuk biaya pembongkaran. Setidaknya dari sisi kemanusiaannya lah," tandasnya.