JATIMTIMES - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Basuki Hadimuljono memuji operasional sanitary landfill di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Kota Malang yang berjalan dengan baik.
Hal itu disampaikan Basuki ketika melakukan kunjungan kerja ke kawasan sanitary landfill TPA Supir Urang didampingi jajaran kementerian serta Wali Kota Malang Sutiaji, Kamis (13/10/2022) usai melakukan peninjauan kelayakan Stadion Kanjuruhan.
Baca Juga : Rekomendasi Ide Style Baju Kemeja Yang Sedang Hits
Menurutnya, operasional sanitary landfill di TPA Supit Urang cukup terintegrasi atau integrated walaupun tidak menggunakan generator incinerator untuk mengurangi polusi udara.
"Ini sudah termasuk bagus sistem manajemen yang sudah baik operasi sudah jalan, UPT tiap tahun Rp 15 milia, saya kira Pak Wali manage investasi yang nggak murah ini Rp 250 miliar untuk bisa menunjang kebersihan di Kota Malang ini contoh yang bagus," ungkap Basuki kepada JatimTIMES.com.
Di Indonesia, sistem sanitary landfill untuk mengurangi sampah dan menunjang kebersihan sebuah wilayah juga telah dibangun di beberapa daerah. Di antaranya Jambi, Jombang, Sidoarjo dan Kota Malang.
"Tapi di Kota Malang sini adem, kalau di Sidoarjo mungkin agak panas ya," ujar Basuki.
Menteri yang merupakan Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengatakan, bahwa Kota Malang saat ini telah berada satu tahapan di depan daerah-daerah lain dalam pengelolaan sampah menggunakan sistem sanitary landfill.
"Saya kira ini Malang sudah satu step di depan yang lain-lain saya lihat sudah dipisah antara (sampah) organik dan anorganik," ujar Basuki.
Setelah dipisahkan dalam jenis sampah organik dan anorganik, kemudian tumpukan sampah akan dilakukan pemisahan melalui sistem sanitary landfill untuk sampah organik yang bisa dipakai dan sampah anorganik yang residunya dapat dibuang di satu titik.
Baca Juga : DPRD Kota Malang Bentuk Pansus Terkait Ranperda RTRW 2022-2042
"Sehingga memperpanjang umur dari TPA kalau misalnya masih pakai landfill system, jadi tiap layer ditutup tanah ditimpa lagi karena agak berat, diperas keluar lendir dibuang ke sini dibuang di kloset sebelum dibuang ke badan sungai sehingga tidak mencemari sungai," jelas Basuki.
Lebih lanjut, untuk sampah jenis organik juga dipilih lagi untuk dilakukan proses pembuatan kompos. Menurutnya, sistem seperti ini sangat terintegrasi dengan baik, walaupun tidak menggunakan generator incinerator.
Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, bahwa untuk sampah organik yang diproses menjadi kompos, hingga saat ini masih diberikan saja secara gratis. Namun, ke depan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang akan membuat regulasi baru untuk penjualan kompos agar memberikan efek domino.
"Sementara ini kan masih diberikan saja. Nanti ada efek domino yang bisa jadi pendapatan. Jadi karena LH tidak ada core bisnis pendapatan, maka nanti akan buat BLUD atau kita kerjasamakan dengan Perumda Tugu Aneka Usaha," tandas Sutiaji.