JATIMTIMES - Sebanyak 76 orang telah mendapatkan penanganan trauma healing yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang. Ke 76 orang tersebut merupakan korban atau yang terlibat dalam Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
Kepala DP3A Kabupaten Malang Arbani Mukti Wibowo mengatakan, pelayanan trauma healing bagi korban pada peristiwa memilukan itu sudah dilakukan sejak H+1 terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Pelayanan trauma healing dilakukan dengan dua metode. Yakni secara langsung dengan home visit dan dengan cara melalui video call.
Baca Juga : Rumah Kontrakan Caping Aktivis Malang dan Pegiat Medsos Diseruduk Truk
"Hari ini, Selasa (11/10/2022), sudah kita layani 10 orang. Juga termasuk warga Kota Malang, sudah kita layani," ujar Arbani dalam rakor penanganan dampak Tragedi Kanjuruhan, Selasa (11/10/2022) malam.
Menurut Arbani, setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda tingkat traumatisnya. Hal tersebut juga berpengaruh pada lama penanganan dan juga tingkat penanganannya.
"Tergantung dari tingkat traumatisnya. Kami bekerja sama dengan banyak pihak. Kami libatkan Dinkes, karena trauma psikis tidak hanya bisa ditangani psikolog saja, tapi untuk menenangkan harus pakai psikiater," terang Arbani.
Upaya tersebut juga diupayakan untuk dapat digelar di setiap kecamatan. Selain berusaha melakukannya via online, sebisa mungkin pihaknya berusaha melakukan penanganan trauma healing secara offline.
"Kami juga meminta bantuan kepada kepala desa, OPD dan Kominfo untuk menyampaikan informasi ini," imbuh Arbani.
Baca Juga : Potret Gempi Nyanyi Lagu Nadin Amizah Jadi Sorotan Warganet: Nyesek BangetÂ
Hingga hari ke 11 pasca terjadinya Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu, pihaknya masih melakukan penanganan trauma healing dari orang per orang. Rencananya, dalam waktu 10 hari ke depan, penanganan trauma healing bisa dilakukan secara komunal.
"Timelinenya 10 hari lagi, targetnya kita bisa laksanakan secara komunal. Di sekolah atau di balai desa. Dijadwalkan, 1 orang psikolog dan mahasiswa psikologi," pungkas Arbani.