JATIMTIMES - Aremania sakit hati usai pernyataan Polri mengklaim penggunaan gas air mata dalam tragedi Stadion Kanjuruhan yang kadaluarsa tidak berbahaya atau mematikan.
Raffi Ultras yang berada di posko gabungan Aremania di KNPI mengatakan bahwa pernyataan Polri terkait gas air mata yang tidak membahayakan membuat sakit hati. Ia justru mempertanyakan bahwa tewasnya ratusan Aremania apakah bukan karena gas air mata.
Baca Juga : Liga Santri 2022, Tim PP Anharul Ulum Kademangan Blitar Gulung Tim Sumbar 4-1
“Dibayangkan saja, beberapa saudara-saudara kami yang khawatir, atau panik dengan kepanikan saling ingin menyelamatkan diri. Masih dalam kondisi di lorong juga ditembakkan gas air mata, dalam keadaan perih sesak napas apakah itu tidak menjadikan penyebab kematiannya juga. Kalau memang kondisinya gas air mata tidak mematikan ya monggo dicoba di dalam keadaan yg sama,” beber Raffi Ultras saat ditemui di Gedung KNPI Kota Malang, Selasa (11/10/22).
Raffi pun memiliki pemikiran bahwa jika ada manusia di dalam ruang tertutup dan ditembakkan gas air mata. Ia yakin semua akan mati secara perlahan. “Dalam ruangan tertutup, diberikan gas air mata, tanpa ada ruang untuk bergerak pastinya mati juga,” keluh Raffi.
Di tempat yang sama, Dadang Holopes selaku tim pendataan korban tragedi Stadion Kanjuruhan mengatakan bahwa hingga Selasa (11/10/2022), kurang lebih ada 80 pelapor yang merupakan korban. Mereka langsung mengadu ke tim gabungan Aremania di gedung KNPI.
“Di kita yang meninggal yang meninggal kita cek kebenarannya 131. Sedangkan korban yang melapor ke posko kami di KNPI kurang lebih 80 orang,” kata Dadang Holopes.
Baca Juga : Ringkus Pengedar Sabu, Pelaku Menangis Meronta-ronta kepada Polisi di Bangkalan
Dadang pun mengaku bahwa rata-rata korban tragedi Stadion Kanjuruhan mengeluhkan sesak nafas, dada sakit dan tenggorokan yang masih terasa perih. Oleh karena itu, tim posko gabungan Aremania juga berkolaborasi dengan pihak BPBD Kota Malang untuk bekerjasama memberikan trauma healing bagi korban tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu.
“Ada beberapa yang masih trauma, juga ada keluarga korban yang tetangganya melaporkan ke kita untuk trauma healing, sudah kita sampaikan ke rekan-rekan tim trauma healing. Kita juga bekerjasama dengan BPBD. Ini juga sudah kita update, kita sinkronkan, untuk healing juga sudah turun ke lapangan,” ungkap Dadang Holopes.