JATIMTIMES - Memasuki tahun kedua sebagai organisasi kemasyarakat (Ormas) yang mandiri, Komunitas Osing Pelestari Adat dan Tradisi (KOPAT) terus bergerak dan berkarya untuk menjaga memelihara dan melestarikan seni budaya adat istiadat dan tradisi masyarakat Osing.
KOPAT yang eksis di lingkungan Talun Jeruk Desa/Kecamatan Glagah, Banyuwangi ini juga menggeber berbagai program baru.
Baca Juga : Inovatif, Mahasiswa KKN Unikama Prodi Matematika Buat Olahan Permen dari Jeruk
Salah seorang tokoh pendiri KOPAT Banyuwangi, Sanusi Marhaedi mengungkapkan saat ini pihakya fokus untuk turun ke beberapa sanggar tari yang ada di Banyuwangi. Dalam kunjungan itu, pihaknya juga membangikan buku-buku karya seniman dan budayawan yang tergabung dalam KOPAT.
Pria yang akrab disapa Kang Usik ini menuturkan, meskipun tersendat, saat ini pihaknya berupaya menuntaskan karya Sendratari “Temurune Dewi Sri”. Pasalnya, Banyuwangi belum memiliki sendratari yang paten yang berhubungan dengan pertanian yang langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat.
Selanjutnya, KOPAT akan meresmikan beberapa pengurus cabang yang ada di kecamatan lain seperti di Cluring, Songgon dan Kecamatan Licin. Di wilayah tersebut, masyarakat Osing tinggal dan berbaur dengan warga masyarakat yang lain.
“Kami juga akan melakukan pendataan desa/kelurahan dan kecamatan yang menjadi domisili Suku Osing. Sampai saat ini tercatat sekitar 15 kecamatan di Banyuwangi yang di dalamnya ada masyarakat Osing,” jelas imbuh Budayawan asal Glagah tersebut, Rabu (21/09/2022).
Kang Usik mencontohkan untuk Kecamatan Genteng dan Kalipuro, populasi Suku Osing hampir separo. Demikian pula Kecamatan Blimbingsari ada sebagian kecil. Adapun wilayah yang banyak ditempati Suku Osing kebanyakan di sisi selatan Banyuwangi, termasuk Kecamatan Srono.
“Pendataan wilayah yang menjadi domisili Suku Osing termasuk adat tradisinya yang tidak kalah penting akan dihidupkan (jenggirat tangi) setelah sekian lama tergerus modernisasi,” imbuh Kang Usik.
Baca Juga : Situs Blawu di Jombang Diekskavasi, Diduga Bangunan Candi
Mantan aktivis PDI zaman Orde Baru itu menambahkan, para tokoh religi Suku Osing juga berupaya melestarikan tradisi perang bangkat. Kemudian gending-gending Osing yang tidak ada pengarangnya akan dibukukan.
Termasuk karya asli Suku Osing batik Gringsing yang diakui sebagai karya masyarakat Bali. Menurutnya, Banyuwangi yang memiliki kekayaan tersebut. Untuk itu, perlu anjangsana ke Desa Adat Panglipuran Bali terkait batik yang mahal motif Grinsging.
“Bukan mahalnya, tetapi pesan moral leluhur bisa memberikan judul batik atau motif batik seperti nama Patih Gringsing yang tidak ada lagi selain nama yang ada di Bumi Blambangan Banyuwangi,” pungkas Kang Usik.