JATIMTIMES - Perjuangan bangsa Indonesia untuk saat ini bukan lagi melawan penjajahan dengan peperangan dan cara tembak menembak, akan tetapi menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama memerangi musuh yang berupa ketidakadilan, kebodohan dan kemiskinan dan lain sebagainya.
Ungkapan tersebut disampaikan H. Astorik, Camat Kalipuro kepada wartawan media ini di sekitar GOR Tawangalun Banyuwangi pada Selasa (20/09/2022).
Baca Juga : Buka Rakorda Regsosek, Bupati Blitar Dukung Terwujudnya Satu Data Indonesia
Dia mengutip pidato Bung Karno sudah menyampaikan pendapatnya “bahwa perjuanganku ini lebih mudah karena musuhnya jelas seorang penjajah, tetapi perjuanganmu lebih sulit karena musuhmu adalah bangsamu sendiri”.
Selain itu musuh bangsa Indonesia yang lain adalah terorisme, tindak kekerasan dan ujaran kebencian. “Saat ini media digunakan sebagai alat untuk membenci sesama anak bangsa, nah ini lebih sulit. Terkadang di lingkungan sendiri sesama warga saling bermusuhan disinyalir karena semakim menipisnya paham kebangsaan mereka,” jelasnya.
Untuk itu, menurut camat berkacamata itu saatnya dibangkitkan kembali rasa kebangsaan dan cinta tanah air dengan cara saling mencintai, agar pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan negara RI tidak merasa sedih melihat kita kalau bertengar sesama warga bangsa sendiri.
Dalam catatan perjalanan sejarah bangsa Indonesia mereka rela mengorbankan jiwa raga, harta bahkan nyawanya untuk merebut kata merdeka. Merdeka itu kan sebuah kebebasan atau Mahardika kalau dalam bahasa Sansekertanya itu ada independent.
Astorik menuturkan seperti semua masyarakat mengetahui ternyata dunia termasuk bangsa Indonesia dijajah pandemi wabah Corona Diasease (Covid 19) lebih dari sekitar dua tahun sudah sangat tidak berdaya. ”Nah seperti itulah kalau kemerdekaan kita dirampas dan sekarang sudah benar-benar merdeka dan saatnya bersama-sama wujudkan merdeka di negeri sendiri,” imbuhnya.
Selanjutnya dia menambahkan dalam mengisi kemerdekaan masing-masing harus menyesuaikan dengan profesi yang dimiliki. Sehingga apapun profesinya mampu digunakan untuk mengisi kemerdekaan.
Baca Juga : Pesona Kucing Busok, Asli Madura Mirip Ras Eropa
“Profesi seseorang itu tidak dihitung dari seberapa banyak materi yang dikumpulkan, tetapi kebanggaan dalam menekuni sebuah profesi adalah seberapa banyak pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta,” tambahnya.
Dalam upaya mencegah dan menanggulangi upaya perpecahan seperti terorirsme, ujaran kebencian dan radikalisme sesama anak bangsa, saatnya bersama-sama membangun bangsa dengan merajut harmoni kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
”Terutama kesemangatan generasi muda untuk bisa merajut harmoni kebangsaan karena merekalah yang akan memegang estafet kepemimpinan di masa yang akan datang,” pungkasnya.