JATIMTIMES - Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC-NU) Dau mengajak masyarakat untuk secara bersama-sama dapat menangkal paham-paham radikalisme. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Rois Syuriah MWC NU Kecamatan Dau, Muhammad Kohar dalam tahlil rutin yang digelar di Desa Sumbersekar Kecamatan Dau, Kamis (15/9/2022) malam.
Selain untuk meminimalisir paham radikalisme atau ekstrimisme, pria yang akrab disapa Gus Kohar ini juga mengajak masyarakat dan jemaah yang hadir untuk menjalin silaturahmi. Sebab menurutnya, jika hubungan antar sesama manusia sudah terjalin dengan baik, maka hubungan dengan Sang Pencipta juga akan baik.
Baca Juga : Keren, Pemdes Kendalbulur Bersama Warga Deklarasikan Belanja ke Warung dan Toko Tetangga
"Sehingga akan muncul rasa syukur yang sudah sewajarnya kita selalu panjatkan kepada Allah SWT, kita wajib bersyukur karena dilahirkan dan besar di Indonesia, negara yang menjamin kebebasan setiap warga untuk beragama dan menjalankan ritual keagamaan masing-masing," ujar Gus Kohar.
Dalam tausiyahnya GuGus Qohar juga menegaskan, lahir dan dapat hidup di negara Indonesia merupakan salah satu hal yang patut disyukuri. Sebab menurutnya, setidaknya di Indonesia masyarakat bisa beribadah dengan tenang, nyaman, aman dan tentram.
"Coba kita dilahirkan di negara Palestina yang hidup dengan penuh tekanan, maka dari itu, mari kita hidup di Indonesia dengan mematuhi aturan yang berlaku di Indonesia," imbuh Gus Kohar.
Menurut Gus Kohar, sinergi antara umaroh dan ulama sangat penting dalam membangun Bangsa Indonesia, khususnya dalam menciptakan toleransi antar umat beragama. Di hadapan ratusan jamaah, Gus Mohamad Kohar membeberkan bahwa negara kita Indonesia berdasarkan Pancasila, yang sesuai ajaran agama Islam, saling toleransi dan gotong royong antara sesama umat Islam.
"Negara Indonesia merupakan negara yang rohmatan lil'alamin, bukan negara Islam, namun berasaskan Pancasila. Dimana salah satu bentuk iman adalah dengan cinta Nasionalisme dan cinta terhadap NKRI," tegasnya.
Gus Kohar menilai, akan pasti berbeda situasinya jika kita dilahirkan di Palestina, Israel ataupun Arab Saudi, yang belum tentu lebih nyaman untuk menjalankan ibadah masing-masing. Apalagi di Indonesia juga menghargai perbedaan pendapat yang disampaikan sebagai aspirasi. Bahkan dilindungi oleh pemerintah karena merupakan hak asasi, namun tetap dengan aturan agar tidak mengganggu hak orang lain.
"Islam bisa dikatakan rahmatan lil alamin jika orang Islam, bisa sayang dengan ciptaan Allah yang lain. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan bagaimana menjadi rahmatan lil alamin dengan menjadi pelindung bagi seluruh alam semesta yang ada di dalamnya," terang Gus Kohar.
Baca Juga : Kendaraan Listrik Meledak dan Terbakar, Peneliti Beber Cara Memadamkannya
Gus Kohar memandang, kondisi seperti sekarang inilah yang harus disyukuri, karena sikap toleransi yang telah ada sejak jaman generasi dahulu, harus terus dapat dijaga.
"Lain halnya jika kita terus menyimpan rasa kebencian dengan sesama, maka hanya ada kekurangan dan keburukan yang terlihat," tegasnya.
Gus Kohar menambahkan, ajaran yang masuk ke Indonesia dan mencoba untuk mendirikan ataupun melaksanakan sistem pemerintahan khilafah, dirasakan hanya akan meresahkan rakyat Indonesia. Hal itu seperti yang terjadi saat ini di negara Thailand, Myanmar dan Philipina, dimana umat muslim disana jumlahnya tidak sampai 8 persen. Namun ingin memaksakan penerapan pemerintahan khilafah, yang akhirnya terjadi perang saudara berlarut-larut.
"Yang dapat kita rasakan bersama saat ini, bahwa di Indonesia telah masuk aliran-aliran yang berpotensi mengancam keutuhan NKRI dan memicu konflik sosial. Harus kita cegah bersama-sama," Gus Kohar mengakhiri.