JATIMTIMES - Keterbatasan diri tak membuat Yanto (47) patah arang untuk menjalani hidup. Pria tuna netra ini mengasah kemampuan menjadi tukang pijat tradisional untuk menghidupi keluarganya.
Setelah meniah, Yanto memiliki dua orang anak. Dan kini untuk menghidupi keluarga kecilnya itu, Yanto dengan tekun menjalani pekerjaan sebagai tukang pijat tradisional di rumahnya di bantaran sungai di Desa Tekung Kecamatan Tekung Lumajang.
Baca Juga : Hari Lalu Lintas Bhayangkara Ke-67, Satlantas Polres Tulungagung Beri Bantuan Korban Kecelakaan
Jika beruntung, dalam sehari bisa ada pasien pijat yang memanfaatkan jasanya, antara 2 sampai 3 orang. Yanto pun tidak mematok tarif, berapa harus dibayar.
"Ya terserah yang ngasik saja mas. Saya tidak memasang tarif untuk jasa pijat saya," kanto Cak Yanto, panggilan akrabnya.
Cak Yanto mengaku saat ini pasien yang datang mulai normal. Beda dengan waktu Pandemi beberapa waktu lalu. Hampir tidak ada warga yang memanfaatkan jasanya.
"Sekarang lumayan mas, dulu saat pendemi Covid-19, sangat sepi yang pijat disini," jelas Yanto.
Walau demikian Yanto mengaku, bahwa tidak setiap hari ada pelanggannya yang datang. Jika sepi pelanggan, Yanto, dibantu istrinya mencari ikan di sungai dekat rumah dengan dibantu istrinya.
Baca Juga : Viral, Aksi Wisatawan Asing Buat Video Kencing di Kawah Gunung Bromo
"Ya harus dibantu sama istri mas, kan saya tidak bisa melihat," ujar Yanto yang mengaku menjual hasil tangkapan ikannya untuk menyambung hidup.
Dengan keterbatasan ini Yanto menyatakan tetap bersyukur kepada Allah, karena selalu saja ada rezeki yang datang untuk bertahan hidup ditengah keterbatasan yang ia miliki.
"Alhamdulillah ada saja rezeki mas," ujar Yanto kemudian.