JATIMTIMES- Pekan ini banyak nasabah dari Bank BRI yang ditelepon oleh seorang yang mengaku karyawan BRI Pusat. Sebab itu, nasabah harus waspada karena modus penipuan dengan cara menelepon lalu mengirimkan pesan berisi perubahan tarif transaksi lama dari Rp 6.500 menjadi Rp 150.000 makin marak.
Modusnya, nasabah diarahkan oleh penelepon untuk mengisi link data pribadi.
Baca Juga : Cair, Wali Kota Blitar Serahkan Langsung Bantuan Subsidi Upah kepada Peserta BPJS Ketenagakerjaan
"Saya ditelepon lama sekali oleh penelepon yang mengaku sebagai karyawan BRI Jakarta. Bahkan saya rekam percakapan tersebut," terang Ahmad Istihar yang juga jurnalis JatimTIMES, Selasa (13/9/2022).
Saat mengonfirmasi ke pihak petugas Bank BRI Kantor Tuban, dia merasa petugas kurang responsif untuk mengonfirmasi adanya progam pergantian tarif transfer seperti yang diklaim oleh penelepon yang mengatasnamakan karyawan BRI pusat.
Meski pihak Kantor Cabang BRI Tuban kurang responsif, calon korban lantas mengonfirmasi Kepala Kantor Cabang Bojonegoro, Gatot Siswoyo. Gatot akhirnya memberikan penjelasan, bahwa banyak Hoax di media sosial, seperti kasus modus baru penipuan pergantian tarif baru transfer antar bank.
"Ini di seluruh perbankan terjadi hoaxs seperti ini Mas," ucap Gatot yang pernah bertugas di KC BRI Tuban.
Dilansir dari laman resmi Bank BRI pada Selasa (13/9/2022), Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto memastikan bahwa informasi peralihan tarif transfer bank lain dari Rp 6500 menjadi Rp 150.000 per bulan tidak benar.
Informasi tersebut berasal dari sumber tidak resmi. BRI mengimbau nasabah untuk terus waspada dan tidak melakukan atau memberikan data pribadi dan informasi lainnya melalui link dari sumber tidak resmi tersebut. Langkah ini bisa mencegah terjadinya pencurian data pribadi dan penyalahgunaan data perbankan nasabah.
“BRI mengimbau seluruh nasabah untuk selalu waspada terhadap berbagai modus tindak kejahatan social engineering. Nasabah juga diimbau untuk menjaga kerahasiaan data pribadi dan data transaksi perbankan kepada pihak mana pun, termasuk yang mengatasnamakan BRI,” ungkap Aestika dalam keterangannya, dikutip dari laman resmi Kemen BUMN.
Baca Juga : Dipecat Sepihak, Mantan Dirut PT ADS Laporankan Bupati Bojonegoro ke Gubernur Jatim Khofifah
Aestika juga menegaskan untuk tidak melakukan klik terhadap link yang dikirimkan oleh pelaku tindak kejahatan tersebut. Nasabah juga diimbau tidak memberikan data pribadi dan data perbankan secara lisan apabila pelaku social engineering melancarkan aksinya melalui saluran telepon.
Diketahui, social engineering merupakan tindak kejahatan memanipulasi psikologis korban untuk membocorkan data pribadi dan data transaksi perbankan korban. Media yang digunakan pelaku untuk mendekati korban pun beragam, mulai dari telepon, SMS, e-mail, media sosial, dan lainnya.
Adapun data perbankan yang perlu dijaga oleh nasabah meliputi nomor rekening, nomor kartu, PIN, username & password digital banking, OTP, dan sebagainya.
“Apabila mendapat notifikasi melalui sms/email atas transaksi yang tidak dilakukan, nasabah agar segera menghubungi Contact BRI 14017/1500017 untuk melakukan disable/pemblokiran kartu ATM,” tambahnya.
Lebih lanjut, Aestika mengungkapkan BRI senantiasa menginformasikan seluruh layanan melalui saluran komunikasi resmi (verified / centang biru) yang dapat diakses nasabah melalui Web: www.bri.co.id, Instagram: @bankbri_id, Twitter: bankbri_id, kontakbri, promo_bri, Facebook: Bank BRI, Youtube: Bank BRI, Tiktok: Bank BRI, dan call center BRI 14017/1500017.(*)