JATIMTIMES- Halaqah Kebangsaan digelar di Ponpes KHA. Wahid Hasyim 1, Bangil, Senin (5/9/2022). Dalam halaqah ini menghadirkan Direktur Pencegahan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), Brigjen Pol Ahmad Nur Wahid, Budayawan Bali Niluh Djelantik dan Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan.
Tema yang diangkat dalam acara ini ialah Membumikan Pancasila Dalam Sendi Kehidupan Berbangsa dan Negara. Mengawali acara, dalam sambutannya Brigjen Ahmad Nur Wahid berharap agar para peserta halaqah bisa istiqomah dalam Iman, Islam dan Ihsan.
Baca Juga : Matching Fund Kedaireka Unisba Blitar Dorong Kerajinan Batik Tembus Pasar Mancanegara
"Kenapa saya bilang ada ihsannya? Kalau kita berbicara radikalisme yang melatarbelakangi aksi terorisme ini sejatinya adalah krisis spiritualisme dalam beragama," ujarnya.
Dia menjelaskan, mereka sering katakan rukun agama dalam konteks yang mengatasnamakan Islam.
"Kalau JI (Jamaah Islamiyah) itu rukun Islam, rukun Jihad. Kalau NII (Negara Islam Indonesia) atau sempalannya mendoktrinkan rukun agamanya rukun iman, rukun hijrah dan rukun jihad," lanjutnya.
Sementara untuk HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang baru saja dibubarkan pemerintah memiliki rukun iman, rukun Islam dan rukun khilafah.
"Padahal Rasulullah kan mengatakan rukun agama ini rukun Iman, Islam dan Ihsan," lanjutnya.
Sebab itu, Nur Wahid menegaskan kelompok radikalisme dan terorisme yang mengatas namakan agama ini sejatinya krisis spiritualisme atau krisis Ihsan.
"Mereka lebih menonjolkan yang bersifat ritualitas dalam beragama, hal tekstualistik, simbol-simbol keagamaan. Tapi lemah di bidang etika, atau budi pekerti yang merupakan misi utama dari para nabi," tegasnya.
Dia menambahkan virus ideologi radikalisme ini berpotensi pada manusia tak melihat latar belakang agama, profesi dan intelektualitas.
"Kalau kena virus ini goblok mendadak," imbuhnya.
Baca Juga : Polsubsektor Kasreman Ajak Petani Bercocok Tanam Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Sementara itu Budayawan Bali Niluh Djelantik sempat menjelaskan latar belakang kehadirannya dalam acara ini. Sebagai budayawan yang juga pengusaha sekaligus desainer menyatakan kehidupan Bhineka Tunggal Ika itu sangat diperlukan di Indonesia yang memiliki beragam latar belakang ras dan agama berbeda-beda.
Dia kemudian mencontohkan dalam kehidupan di sekitarnya sangat plural. Baik keluarga maupun pekerjanya ada yang memeluk agama Hindu maupun Islam.
"Di situ saya bangun pura sekaligus musala yang saling bersebelahan," tukasnya.
Terakhir, Ken Setiawan sempat memaparkan modus kelompok radikal dalam beraksi dan merekrut anggota. Dia menyebut mereka beraksi di mana saja dan juga mengincar harta benda para korban yang direkrut untuk kemudian dimasukkan dalam infak.