JATIMTIMES - Tembakau selama ini banyak diketahui orang hanya sebagai rokok. Namun, taukah kamu, dahulu sebelum masyarakat menganut paradigma pengobatan modern, tembakau ternyata menjadi obat.
Diolah dari TikTok @komunitaskretek, masyarakat dahulu menganggap kegiatan merokok merupakan hal yang lumrah dan sehat. Hal ini terjadi pada kisaran abad 16. Bahkan saat itu, tembakau mendapatkan julukan tanaman suci dan obat dari Tuhan.
Baca Juga : Tak Berharap Bantuan Obat, Peternak Pujon Ingin Pemerintah Sediakan Bantuan Kredit Sapi
Bahkan seorang peneliti medis asal Belanda bernama, Gilles Evaraets meyakini bahwa, sedemikian tinggi manfaat tembakau akan membuat banyak dokter menganggur.
"Asapnya merupakan penawar racun dan semua penyakit-penyakit menular," tulis Everaets buku terbitan tahun 1587 berujudul Pannacea or The Universal Medicine Being A Discovery of The Wonderful Virtues of Tobbaco Taken In A Pipe (1659)".
Everaets menganggap, tembakau merupakan obat semua penyakit yang digunakan dengan membakar dan menghisap melalui pipa. Sebagian besar tembakau berasal dari Benua Amerika. Bangsa ini menggunakan tembakau sebagai obat sebelum bangsa Eropa tiba sebelum abad ke 15.
Dan orang pertama yang menggunakan tembakau untuk keperluan medis adalah Christopher Columbus. Dalam sebuah Journal of the Royal Society of Medicine, dituliskan jika Colombus pada tahun 1942 menghisap daun tembakau di pulau yang saat ini bernama Kuba, Haiti dan Bahama.
Selain itu, kadang kala daun tembakau dinyalakan seperti layaknya obor untuk mengusir penyakit. Tembakau juga dijadikan pasta gigi dengan dicampur limau dan kapur pada daerah yang kini bernama Venezuela.
Penjelajah asal Portugis, Pedro Alvares Cabral mengemukakan jika tembakau digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti kulit bernanah dan polip.
Baca Juga : Pemkot Mojokerto Bantu 101 Warga Penerima Bantuan Rumah Swadaya Senilai Rp 2,1 Miliar
Berdasarkan catatan Museum Welcome Collection di London, Inggris, pada abad ke 19, para dokter anatomi dianjurkan merokok untuk menutupi bau jenazah yang menempel pada tubuh mereka.
Para dokter maupun apoteker di Eropa, juga tertarik mengunakan tembakau sebagai obat. Pada abad -abad berikut, masih dari Museum Welcome Collection, pipa asap rokok saat itu juga menjadi aksesoris dokter bedah maupun mahasiswa bedah.
Mereka dianjurkan merokok untuk menutupi bau jenazah dan melindungi mereka dari ancaman penyakit. Melihat hal ini, tak dipungkiri tembakau telah berkontribusi dalam perkembangan dan peradaban medis di dunia. Tembakau pun menjadi komoditas strategis yang kini banyak menyumbangkan pendapatan negara.