JATIMTIMES - Kasus pembunuhan berencana Brigadir J dengan otak utama Irjen Ferdy Sambo, menurut Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya, Rachmat Kriyantono, PhD tak akan mempengaruhi citra Polri sebagai institusi.
"Ya tidak akan berpengaruh sebab Polri salah satu lembaga negara yang sudah lama bercitra kurang baik," ucapnya, Senin (15/8/2022).
Baca Juga : IPSI Dukung Polisi Tindak Tegas Aksi Pengeroyokan Oknum PSHT di Kota Blitar
Lebih lanjut, pihaknya menilai, jika citra negatif Polri telah menjadi folklor yang berarti sudah terkonstruksi di benak publik. Bahkan pihaknya juga menyindir hal tersebut dengan ungkapan satire.
"Ada ungkapan satire di masyarakat misal kehilangan ayam jika melapor polisi bisa kehilangan sapi," sambung pria yang akrab disapa RK ini.
Dari survey Litbang Kompas, citra positif Polri disebutnya menurun. Survei Juni 2022, menunjukkan angka terendah dalam rentang lebih dari setahun, yakni 65.7 persen.
Meskipun program layanan presisi sudah dicanangkan, namun menurut RK hal itu masih tampak masih sulit menghilangkan stigma negatif tersebut.
"Folklor sulit diubah akibat perilaku negatif anggota Polri masih banyak terjadi," tutur RK Alumni S3 University of Western Australia ini.
Pria yang juga Ketua Departemen Ilmu Komunikasi ini juga mengungkapkan, bahwa citra kurang baik Polri yang berlangsung menahun telah berada dalam kondisi dormant stage. Dimana, Polri memang terkesan sudah membaik karena kebijakan pelayanan presisi dari Kapolri.
"Namun, citra negatif yang terviralkan menjadi folklor tersebut sebenarnya belum bisa hilang sama sekali," tegas RK.
Baca Juga : Viral, Wanita Bermobil Mewah Pencuri Cokelat Bawa Pengacara dan Minta Karyawan Alfamart Minta Maaf
Lebih lanjut, kasus pembunuhan berencana ini, dapat menjadi pemantik yang membuat citra negatif muncul lagi di benak publik. "Jadi kasus ini bukan membuat citra Polri negatif karena sampai kini citra negatif ini masih melekat," tegasnya lagi.
Kasus Ferdy Sambo, kian ramai dengan bumbu-bumbu sedap dari para aktor konstruksi opini, seperti pengacara maupun pengamat. Sehingga, kasus ini pun menjadi bak telenovela. "Apalagi melibatkan seorang bintang dua tentu membuat name makes news bagi media. Itu semua membuat amplifikasi isu. Peristiwa ini pun makin besar lewat viral para netijen," tuturnya.
Pasca kasus Ferdy Sambo ini, RK mengingatkan bahwa Polri berada di garda depan pelayanan publik sehingga intensitas interaksi dengan sangat tinggi. Objek layanannya pun terkait langsung dengan hajat keseharian publik. "Karena itu, Polri mesti tidak hanya fokus pada strategi responsif terhadap kejadian," tegasnya.
Selian itu, pihaknya juga menyarankan perlu ada porsi pada strategi antisipatif lewat pembangunan SDM yang profesional. “Profesionalitas mencakup adab, skill dan pengetahuan. Strategi antisipatif ini juga bisa berbentuk manajemen isu yang baik," pungkasnya.