JATIMTIMES - Blitar menjelma sebagai daerah yang berpotensi menyumbang produksi gula untuk skala nasional. Hal ini dikarenakan lahan tebu di Blitar hari ini dalam perkembangannya semakin meluas. Laporan menyebutkan saat ini Blitar menyumbang stok nasional gula hingga 100 ribu ton.
Potensi besar Kabupaten Blitar di sektor gula ini tak lepas dari keberadaan pabrik gula Rejoso Manis Indo (RMI). Hadirnya RMI diharapkan akan dapat mendorong produksi gula nasional ke depan terus meningkat untuk menyuplai kebutuhan gula nasional mengingat produksi gula putih secara nasional masih memiliki gap atau jarak dengan jumlah kebutuhan. Dibutuhkan produktivitas yang tinggi agar kebutuhan gula secara nasional dapat terpenuhi.
Baca Juga : Crosser Cilik Tulungagung Fadila Navara, Juarai Moto Cross 65 CC Tingkat Nasional
"Sesuai instruksi Bapak Presiden, kami mendorong produksi gula untuk bisa memenuhi gula konsumsi masyarakat. Karena saat ini masih terjadi gap, antara produksi dan kebutuhan," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika saat meninjau produksi gula di PT RMI pada Jumat (5/8/2022) sore.
Putu menambahkan, pihaknya akan mendorong produksi gula di masing-masing wilayah melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan digitalisasi. Sehingga, produksi gula dapat meningkat dari sebelumnya.
"Di sini (Blitar) sudah melakukan ketiganya, jadi sudah bagus. Untuk itu perlu adanya pengawasan dan menjaga kinerjanya tetap optimal," imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT RMI, Syukur Iwantoro menyebutkan, kontribusi gula yang secara nasional mencapai 100 ribu ton untuk tahun ini. Meskipun kondisi cuaca tidak sedang bagus namun jumlah produksi di PT RMI dapat ditingkatkan dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kalau peningkatan ini bisa terus continue selama lima bulan, kami dari PT RMI bisa menyumbang 150 ribu ton gula secara nasional," terangnya.
Lebih dalam Syukur menyampaikan, Blitar berpotensi sebagai produsen gula lebih besar lagi. Itu karena luas lahan tebu yang ada saat ini masih bisa bertambah.
"Saat ini masih ada sekitar 22 ribu hektare yang merupakan lahan tidur. Nah, ini bisa menjadi potensi untuk lahan tebu baru. Karena yang kita tahu terjadi penambahan lahan tebu baru dua kali lipat per tahunnya," pungkasnya.