free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Ini Pantangan di Bulan Suro yang Dipercayai Masyarakat Tulungagung

Penulis : Anang Basso - Editor : Dede Nana

31 - Jul - 2022, 01:48

Placeholder
Kenduri Takir Plonthang yang selalu digelar di bulan Suro di hampir seluruh wilayah di Tulungagung / Foto : Anang Basso/ Tulungagung Times

JATIMTIMES - Seperti di seantero tanah Jawa dan masyarakat Jawa yang tinggal di berbagai belahan bumi lainnya, di Kabupaten Tulungagung adat dan tradisi Jawa masih dilestarikan. Misalnya, kepercayaan malam 1 Suro kerap dianggap sebagai malam keramat dan penuh keberkahan.

Sakralnya malam 1 Suro ini bahkan sebaliknya juga dipercaya dapat mendatangkan petaka bagi siapa saja yang melanggar beberapa pantangan yang telah mengakar kuat secara turun temurun.

Baca Juga : Video Viral Bayi Ditemukan Satpam RS Campurdarat, Kapolres Tulungagung Tegaskan Ini

Di Tulungagung, masyarakat percaya jika melanggar pantangan berikut dapat berakibat fatal, misalnya : 

1. Hajatan atau pesta nikah dan ainnya

Dibulan ini, kepercayaan orang Tulungagung dan Jawa umumnya jika dilanggar akan banyak mendatangkan petaka dan berbagai musibah yang tak diduga.

2. Bepergian atau pergi keluar rumah

Banyak yang percaya, jika malam Suro atau pada tanggal 1 Suro punya niat bepergian, maka akan diikuti dengan kesialan atau lepasnya keberuntungan.

3. Boyongan atau pindah rumah

Orang Jawa, di Kabupaten Tulungagung juga menghindari pindahan rumah di bulan Suro. Keyakinan yang mengakar, jika bulan ini memaksakan pindah rumah, karena dalam bulan ini diyakini sebagai bulan yang buruk untuk melakukan pindahan rumah.

4. Dilarang bicara kotor 

Baca Juga : Gratis dan Berhadiah, Hari Ini Dira Fashion Street Digelar, Simak Cara Mengikutinya

Malam 1 Syuro banyak yang melakukan ritual tapa bisu atau menghemat bicara. Jika pada hari yang dianggap sakral ini dapat menahan bicara, masyarakat yakin bahwa orang ini akan dapat menaklukkan nafsu duniawi dan diberi keberkahan yang tak diduga sebelumnya. Di bulan inilah masyarakat Jawa banyak memanfaatkan untuk instrospeksi diri dan bahkan pusaka warisan yang masih banyak disimpan di mandikan.

Mengutip dari berbagai sumber dan kepercayaan yang ada di masyarakat Tulungagung, Suro berasal dari Bahasa Arab yakni Asyura yang artinya Sepuluh. Makanya, pada tanggal 10 Muharram inilah kata Asyura kemudian dikenal dengan sebutan Suro dan kalau di lidah orang Jawa melebihi kata Muharram itu sendiri. Bulan Suro dalam kalender Jawa jatuh bertepatan dengan datangnya bulan Muharam. 

Diawali dengan massa Sultan Agung yang kemudian memulai kalender Jawa pada 1 Suro tahun Alip 1555 yang pada saat itu bertepatan pada tanggal 1 Muharam 1043 Hijriah.

Sejak saat itulah kalender Jawa mulai eksis menggantikan kalender Saka milik para umat Hindu. Masyarakat Jawa percaya bahwa bulan Suro menjadi saat yang paling tepat bagi seorang pribadi untuk melakukan instrospeksi diri yang dilakukan dengan tidak tidur semalaman, tak berbicara selama melakukan tapa bisu dan melakukan tirakat lainnya seperti berpuasa.

Jika ritual yang baik ini dilakukan, dipercaya akan mendatangkan banyak berkah dan keuntungan. Sebaliknya, apabila melanggar maka dipercaya tindakannya akan mendatangkan kesialan atau bala.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

Dede Nana