JATIMTIMES - Tim Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Brawijaya (UB) memastikan puluhan hewan ternak yang disembelih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tunas Kota Malang pada momentum Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Dosen FKH UB drh Widi Nugroho menyampaikan, hasil tersebut berdasarkan pemeriksaan antemortem dan postmortem hewan ternak yang dilakukan oleh Tim Kesehatan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UB.
Baca Juga : Akibat PMK, Penyembelihan Sapi dan Kambing di RPH Kota Malang Turun Drastis
Untuk diketahui bahwa pemeriksaan antemortem hewan ternak yakni merupakan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dilakukan penyembelihan di kandang penampungan dan sebelum hewan dipotong maksimal 24 jam.
Lalu pemeriksaan postmortem hewan ternak merupakan pemeriksaan segera terkait kesehatan kepala, jerohan dan karkas setelah disembelih oleh petugas kesehatan hewan yang berwenang.
"Kalau kemarin kita periksa posisi aman. Ada yang datang malam baru kita periksa, tidak ada yang parah dan gejala PMK. Kami periksa tidak menemukan PMK," ungkap Widi kepada JatimTIMES.com, Minggu (10/7/2022).
Terlebih lagi, berdasarkan peraturan yang ada, hewan ternak yang dititipkan di RPH Perumda Tunas Kota Malang untuk disembelih pada momentum Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah di tengah mewabahnya PMK pada hewan ternak, harus memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari daerah asal.
Selain itu, Tim Kesehatan dari Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UB telah membuat kesepakatan dengan Perumda Tunas Kota Malang, bahwa jika terdapat hewan ternak yang memiliki gejala berat maka akan dikembalikan kepada pemilik.
Baca Juga : Petrokimia Gresik Salurkan Hewan Kurban, Kesehatan Terjamin dan Aman Dikonsumsi
Dalam menyukseskan penyembelihan hewan kurban di momentum Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah kali ini, pihaknya menyebut UB telah menerjunkan ratusan mahasiswa dan puluhan dosen untuk turun ke lokasi-lokasi penyembelihan hewan kurban.
"UB sendiri menerjunkan semua dosen semua mahasiswa untuk membantu di seluruh wilayah Indonesia. Kurang lebuh total 800 mahasiswa, 40 dosen yang turun lapangan," tandas Widi.