JATIMTIMES - Tersangka WST (59) warga Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung yang tega menghabisi istrinya angkat bicara saat rilis kasus.
Menurut pengakuan di depan Kapolres AKBP Handono Subiakto dan sejumlah wartawan, WST mengatakan jika masalah ekonomi yang membuat dirinya bertengkar dengan Sri Utami (43) istri yang dikarunia tiga anak dalam berumah tangga bersamanya.
Baca Juga : Atlet Sepatu Roda Lumajang Meninggal Usai Latihan
"Istri saya ini sambat, tetangga yang lain sudah punya mobil kok kita malah belum," kata WST, mengisahkan awal terjadi cek cok.
Kemudian Sri Utami mengistilahkan kehidupan berkeluarga bersama WST seperti keluarga yang pincang.
"Dia bilang istilahnya keluarga pincang karena yang merasa kerja hanya dia dan saya tidak punya pendapatan," ujarnya.
Di depan WST, perkataan Sri Utami semakin tajam menusuk relung hati dan mengoyak kehormatannya sebagai lelaki atau kepala rumah tangga.
"Dia juga bilang, mestinya saya yang selalu kirim (uang) tapi nyatanya dia terus," imbuhnya.
Yang paling membuat marah WST, kemudian Sri Utami mengatakan kalau memang terus begini nasib keluarganya, lebih baik cari suami lagi.
"Enaknya saya cari suami lagi," ungkap WST, menirukan ucapan mendiang istrinya.
Mendengar perkataan ini, WST tidak dapat membendung lagi emosinya dan melakukan tindakan kekerasan sehingga Sri Utami yang posisinya dekat dengan tangga kakinya terperosok lalu jatuh.
"Dia jatuh dan sudah tidak ada nafas, nadinya juga berhenti tapi kakinya masih sesekali kejang," terangnya.
Melihat ini, ia panik lalu dengan pura-pura mencari Sri Utami, datanglah kerumah saudara dan tetangga.
Kemudian WST kembali masuk rumah dan berteriak histeris yang kemudian datanglah tetangga untuk membantu evakuasi setelah melihat tubuh Sri Utami tergeletak tak bernyawa.
"Saya menyesal, saya mencintai istri saya," ucapnya.
Pada Agustus mendatang, Sri Utami disebutkan WST harus kembali ke Hongkong untuk kembali bekerja sebagai TKW. Namun, dengan kekerasan yang mengakibatkannya meninggal dunia, rencana itu batal total dan tak akan kembali meski WST mengaku menyesali perbuatannya itu.
Seperti diketahui, polisi merilis kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang berujung kematian istri di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Dalam rilisnya, polisi membenarkan kematian Sri Rahayu (43) akibat dari kekerasan yang dilakukan suaminya WSR (49) pada, Jum'at (24/6/2022).
Kapolres Tulungagung, AKB Handono Subiakto mengatakan kasus ini ditangani Polsek Besuki, namun kemudian diambil alih oleh Satreskrim melalui unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
"Awal mula ada warga yang meninggal dunia dan melakukan olah TKP, ada kecurigaan, korban meninggal tidak wajar," kata AKBP Handono Subiakto.
Baca Juga : KPK Bergerak Lagi Lakukan Rangkaian Penyidikan di Tulungagung, Gunakan Dua Ruang di Mapolres
Ketidakwajaran ini diketahui karena di bagian mata dan leher ditemukan luka lebam dan bekas cakaran.
"Kemudian dilakukan pengembangan dengan keterangan saksi dan dokter untuk mengungkap penyebab kematian ini," ujarnya.
Dari hasil otopsi yang dilakukan, polisi kemudian pada titik kesimpulan jika kematian Sri Rahayu akibat kasus KDRT yang dilakukan WST suaminya sendiri.
"Kesimpulan hasil pemeriksaan itu kematian korban adalah akibat kasus KDRT yang mengakibatkan korban meninggal dunia," ungkapnya.
Kapores mengungkapkan, kejadian kekerasan ini berada di dalam rumah pasutri yang beralamat di Desa Besole.
"Awal mulanya TKP berada di rumah, nah di dalam dikamar terjadi cek cok terkait permasalahan ekonomi," imbuhnya.
Korban Sri Utami disebutkan Handono, merupakan tenaga kerja wanita (TKW) yang telah lama merantau di Hongkong. Saat dilakukan kekerasan oleh WST, Sri Utami sempat melakukan perlawanan.
"Kekerasan yang dilakukan ini dengan cara mencekik dan korban melakukan perlawanan. Namun, kemudian korban kehabisan nafas dan jatuh dari tangga dan matanya terbentur tiang," paparnya.
Setelah Sri Utami jatuh ke bawah, WST kebingungan lalu keluar rumah untuk menemui tetangga dengan pura-pura menanyakan keberadaan istrinya.
"Itu merupakan alibi tersangka," tegasnya.
Setelah tetangga datang, WST yang sudah kembali ke TKP, saat itu menyampaikan bahwa Sri Utami jatuh dari tangga.
"Kemudian tetangga datang memberi pertolongan pada korban," jelasnya.
Saat hendak dibawa ke rumah sakit atas saran kerabat dan tetangga, di tengah jalan SWT tiba-tiba berubah pikiran agar Sri Utami dibawa kembali untuk dimakamkan.
"Namun, tetangganya laporan ke polisi untuk dilakukan olah TKP dan terungkap bahwa kematian korban akibat kekerasan yang berujung kematian," pungkasnya.