JATIMTIMES - Menyongsong satu abad organisasi Islam terbesar di Indonesa Nahdlatul Ulama (NU) pada 2023 mendatang, Pengurus Cabang (PC) NU mengusulkan tagline “Banyuwangi Bumi Shalawat Badar”. Selain tagline yang cukup dikenal dunia, kota yang berada di ujung timur Pulau Jawa dikenal “The Sunrise Of Java”.
Usulan tersebut disampaikan oleh KH Moh Ali Makki Zaini Ketua PCNU Kabupaten Banyuwangi dalam acara Halal Bihalal bersama pengasuh pesantren se-Kabupaten Banyuwangi yang dirangkai dengan acara penyerahan 1.026 sertifikat tanah wakaf bekerja sama dengan BPN Banyuwangi di Hotel Ketapang Indah Banyuwangi, Minggu (29/5/2022).
Baca Juga : Keren, Kandang Kambing Disulap Jadi Lokasi Pameran Karya Lukis
Mengutip dari beberapa sumber Shalawat Badar dikarang oleh KH M Ali Manshur sekitar 1960-an. Kiai Ali Manshur memiliki garis keturunan berdarah ulama besar. Dari ayah, tersambung hingga Kiai Shiddiq Jember sedangkan dari jalur ibu, tersambung dengan Kiai Basyar, seorang ulama di Tuban.
Salawat Badar dewasa ini sudah menjadi syair wajib bagi nahdliyin. Hampir setiap kegiatan NU, salawat ini dilantunkan. Bahkan sudah merambah ke genre musik pop yang dipopulerkan oleh beberapa grup band dan penyanyi religi. Tak hanya di Indonesia, Salawat Badar juga dikenal di berbagai belahan negara Islam di dunia.
Dia menuturkan mengingatkan pentingnya sejarah Salawat Badar dalam perjalanan bangsa Indonesia, khususnya bagi Banyuwangi, pihaknya mengusulkan kepada Bupati Banyuwangi agar di masa mendatang ada cap atau stempel “Banyuwangi Bumi Shalawat Badar”. Selain ada tagline yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat selama ini.
”Kami mengusulkan kepada Bupati Banyuwangi untuk selanjutnya monggo ditindaklanjuti,” jelasnya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, beberapa waktu lalu pihaknya memberikan penghargaan kepada Kiai Ali Manshur yang menciptakan Salawat Badar.
Selanjutnya dia menuturkan pihaknya juga menanyakan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI terkait hak cipta atas warisan budaya tak benda atas karya cipta “Shalawat Badar” yang sangat akrab dengan warga Nahdiyin.
Baca Juga : 3500 Lansia Senam Bareng Bupati Jember, Semarak Warnai Hari Lanjut Usia Nasional
Dia mengingatkan pentingnya pendaftaran hak cipta agar tidak terjadi seperti kasus Reog Ponorogo yang pada saat diajukan ke Unesco ternyata ada pihak luar yang mengklaim bahwa seni budaya asli Ponorogo milik mereka.
“Untuk itu kami berharap agar Bupati Banyuwangi dan Ketua PCNU Banyuwangi untuk bersiap-siap dalam rangkaian proses pendaftaran hak cipta karya Shalawat Badar,” jelas Khofifah.
Hadir dalam acara antara lain Menteri ATR BPN RI Sofyan Djalil, Rais Aam PB NU, KH Miftachul Akhyar, Sekjend Kementrian Agama RI H Nizar Ali, Ketua Dewam Wakaf Indonesia, M Nuh, Gubernur Jawa Timur bersama beberapa pejabat Pemprov Jatim, Ketua ATR BPN Jawa Timur, Kepala ATR BPN kabupaten/kota se- Jatim, Bupati Banyuwangi bersama Forpimda, Ketua PCNU Banyuwangi beserta pengurus, para pengasuh Pondok Pesantren dan beberapa undangan lain.