JATIMTIMES - Sejumlah peternak sapi tradisional di Lumajang mulai resah dengan wabah virus penyakit mulut dan kuku (PKM) yang kini mulai menimpa sejumlah peternak di Lumajang.
Manto, salah seorang pemilik ternak sapi di Lumajang mengatakan, bagi sebagian petani Lumajang memelihara sapi merupakan tabungan yang bisa dicairkan secara cepat jika butuh uang.
Baca Juga : Angin Segar, Kesejahteraan dan Status Guru Sukarela di Tulungagung Jadi Perhatian Bupati
"Dengan memiliki sapi kami merasa punya tabungan. Jika tidak ada kebutuhan mendadak, biasanya sapi peliharaan kami jual dan kami belikan sapi yang lebih kecil agar dapat dua ekor," kata Manto.
Masih kata Manto, dengan adanya penyakit PMK ini para petani khawatir kalau wabah ini semakin meluas dan merugikan petani. "Memelihara sapi itu tidak sebentar antara satu sampai dua tahun bahkan lebih. Kalau sudah dipelihara begitu lama kemudian kena penyakit apalagi mati, maka kerja selama bertahun-tahun menjadi sia-sia," ujar Manto.
Sementara itu Wandi, petani lainnya di wilayah Kecamatan Klakah mengatakan, bagi petani di Lumajang memiliki sapi adalah modal awal untuk berbagai keperluan besar.
"Misalnya untuk membangun rumah, kita jual sapi. Kalau anak minta dibelikan motor, kami juga jual sapi. Pokoknya sapi adalah aset penting bagi petani," ujar Wandi.
Kini dengan adanya virus PMK, dikhawatirkan akan menyebabkan harga sapi turun. Bahkan kalau sampai pasar hewan ditutup sementara, pemilik sapi khawatir tak bisa dengan cepat menjualnya jika ada kebutuhan mendadak.
"Harapan kami pemerintah segera mencari solusi mengatasinya agar petani, khususnya pemelihara sapi tenang," harap Wandi.