JATIMTIMES - Ketupat identik dengan makanan Lebaran karena sering ada dalam suasana Idul Fitri atau Lebaran. Biasanya ketupat disajikan dengan makanan pendamping seperti opor ayam, sambal goreng hati, dan semur daging.
Tak cuma di Indonesia. Warga di berbagai negara Asia Tenggara juga sering menghidangkan ketupat, seperti Malaysia, Singapura dan Filipina. Tentunya di negara-negara itu, ketupat dihidangkan dengan cara berbeda sesuai ciri khas mereka.
Baca Juga : Mau Yang "Kuburan" atau Lapindo, Mi Ayam Bledek dengan 13 Rasa Unik di Malang
Ketupat sendiri merupakan makanan berupa nasi yang dipadatkan dan dimasak dengan anyaman janur kelapa. Lalu, seperti apa sebenarnya sejarah ketupat ini?
Jauh sebelum menjadi bagian tradisi Lebaran, ketupat ternyata sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha. Ketupat pertama diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada abad ke-15 untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Hingga akhirnya, asimilasi budaya dan keyakinan ini mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami. Di dalam penyebarannya, Sunan Kalijaga kala itu membudayakan istilah yang dikenal dengan Bakda.
Bakda sendiri punya arti "setelah". Ada 2 buah Bakda yang dibudayakan, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.
Bakda Lebaran adalah Hari Raya Idul Fitri. Waktu saat seluruh umat Islam diharamkan untuk berpuasa. Sedangkan Bakda Kupat adalah hari raya bagi orang yang melaksanakan puasa Syawal selama 6 hari.
Biasanya, Bakda Kupat dilaksanakan satu minggu setelah Lebaran. Ketupat atau kupat adalah singkatan dari frasa dalam bahasa Jawa "ngaku lepat". Hal itu memiliki arti mengakui kesalahan. Namun, ada juga yang mengatakan kupat adalah singkatan dari "laku papat" atau 4 tindakan.
Tradisi sungkeman yang sering dilakukan menjadi implementasi dari ngaku lepat bagi masyarakat Jawa. Prosesi itu dilakukan dengan bersimpuh di hadapan orang tua dengan meminta maaf atas berbagai kesalahan terdahulu.
Hingga saat ini, tradisi sungkeman masih membudaya di kalangan masyarakat Suku Jawa. Tradisi sungkeman ini mengajarkan pentingnya bagaimana menghormati orang tua, bersikap rendah hati, dan meminta keikhlasan serta ampunan dari orang tua.
Sedangkan laku papat memiliki arti 4 tindakan dalam perayaan Lebaran. 4 tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Berikut arti masing-masing kata tersebut:
1. Lebaran memiliki makna usai, menandakan berakhirnya puasa
Kata ini berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
2. Luberan bermakna meluber atau melimpah
Baca Juga : 4 Negeri yang Dianjurkan Nabi Muhammad SAW untuk Dihuni saat Akhir Zaman
Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, pengeluaran zakat fitrah jelang Lebaran pun menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.
3. Leburan mempunyai makna habis dan melebur.
Maksudnya pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan seluruh umat Muslim akan melebur habis karena setiap umat dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
4. Laburan ialah labor atau kapur
Kapur merupakan zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya yakni agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Filosofi ketupat
1. Filosofi ketupat yang pertama yakni mencerminkan beragam kesalahan manusia. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.
2. Kedua, mencerminkan kesucian hati. Biasanya untuk makan ketupat, kita harus membuka anyamannya terlebih dulu.
Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih. Hal itu mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.
3. Ketiga, mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan berpuasa Ramadan dan akhirnya merayakan Idul Fitri.
4. Terakhir, yakni karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan. Maka dalam pantun Jawa, ada yang bilang “kupat santen“, kulo lepat nyuwun ngapunten (saya salah mohon maaf).