JATIMTIMES - Pemecatan terhadap Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) dokter Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) rupanya berbuntut panjang. Bahkan pemecatan Terawan ini menuai protes keras masyarakat.
Senin (28/3/2022) tagar #bubarkanIDI sampai menjadi trending di Twitter. Hal itu disampaikan warganet untuk mendukung Terawan.
Baca Juga : Upaya Turunkan Angka Pengguna Narkoba, 3 Hal Ini Jadi Prioritas BNN Kota Batu
Selain itu, sederet pihak menganggap bahwa langkah IDI memecat Terawan kurang tepat. Para warganet menduga IDI tidak pro terhadap sejumlah inovasi di bidang kesehatan yang dilakukan Terawan selama ini, seperti terapi cuci otak dan vaksin nusantara.
Keduanya menjadi faktor utama Terawan dipecat dari keanggotaan IDI yang dinilai melanggar kode etik profesi dokter. Padahal, warganet menilai inovasi kesehatan dokter Terawan berguna bagi Indonesia, khususnya masyarakat yang membutuhkan pengobatan tersebut.
Seorang warganet @lase_dhanil mengungkapkan kekecewaannya. Menurut akun tersebut, sebaiknya izin kesehatan sepenuhnya diambil alih oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tidak perlu lagi melalui IDI.
Akun tersebut juga menyerukan agar IDI dibubarkan saja.
"Betul lebih bagus #bubarkanIDI dan biarkan Kemenkes mengambil alih segala izin untuk bidang kesehatan, yang membuat negara kita masih tertinggal atau terhambat berkembang dikarenakan masih ada organisasi yang mengambil alih aturan tentang perilaku NKRI di luar kewenangan pemerintah," ujar akun @lase_dhanil.
Ada pula warganet yang menduga dokter Terawan dikriminalisasi oleh IDI. Sebab, menurutnya, selama ini dokter Terawan tidak pernah melakukan malpraktek dan tidak ada juga korban dari terapi cuci otaknya.
Akun tersebut menilai alasan pemecatan Terawan tidak logis.
"dr. Terawan dipecat atau dikriminalisasi? Apakah dr Terawan melakukan malpraktek? Jelas Tidak! Apakah ada korban dari terapi Brain Washing dr Terawan? Juga Tidak! Apakah Vaksin Nusantara bermasalah? Juga Tidak! Alasan pemecatannya jelas tidak logis!" terang akun twitter @Lady_Zeebo.
Sederet tokoh negeri juga memberikan testimoni dan dukungannya kepada dokter Terawan. Seperti yang diungkapkan oleh Menko Polhukam Mahfud MD.
Mahfud mengaku pernah menjalani terapi cuci otak oleh dokter Terawan dan divaksin Nusantara. Ia mengatakan, sudah 2 kali menjalani terapi cuci otak.
Karena merasa hasil terapi cuci otak bagus, Mahfud sampai mengajak istrinya untuk ikut terapi.
"Saya pernah dua kali cuci otak atau DSA (Digital Subtraction Angiography) ke dokter Terawan, yakni, ketika masih ketua MK sekitar tahun 2011 dan pada tahun 2017. Saya bukan ahli medis tapi kalau perasaan saya sih hasilnya bagus, keluhan langsung hilang. Makanya saya sampai dua kali dan yang kedua mengajak istri," kata Mahfud.
Mahfud juga pernah mendapatkan suntikan vaksin Nusantara yang dicetuskan oleh Terawan. Ia mengaku setelah mendapat vaksin Nusantara, imun tubuhnya meningkat.
Selain Mahfud, seniman Butet Kartaredjasa juga mengaku sebagai pasien dokter Terawan sejak tahun 2015. Menurutnya, keahlian Terawan telah dirasakannya dan bermanfaat bagi kesehatannya.
"Aku pasienmu. Percayalah, aku tetap pasienmu wahai dokter Terawan, sejak 2015. Keahlianmu pernah kurasakan manfaatnya," ujar Butet dikutip dari akun Instagramnya.
Baca Juga : Ikuti Google Mapp, Truk Muatan Batako Numplek karena Paving Ambles
Butet juga mendukung Terawan meski telah dipecat dari keanggotaan IDI.
"Soal kode etik di organisasi profesi IDI bukan perkaraku, silakan saja diselesaikan secara elegan, adil, dan beradab. Santai wae dokter. Uasuwoook," tandas Butet.
Bukan hanya itu, Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan, turut ramai-ramai membela Terawan. Anggota dewan pun mengusulkan agar IDI dipanggil ke Senayan.
"Saya sudah usulkan agar Komisi IX memanggil IDI untuk dimintai pertanggungjawaban pemecatan tersebut," kata Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi NasDem Irma Suryani Chaniago.
Irma menilai bahwa keputusan IDI ini terlalu arogan. Ia menyoroti soal uji kompetensi bagi para dokter muda yang masih relatif sulit saat ini.
"NasDem justru melihat IDI selain arogan juga sangat eksklusif dan elitis," kata Irma.
Irma juga mengatakan bahwa Indonesia masih butuh banyak dokter.
"Tapi coba lihat bagaimana sulitnya dokter-dokter muda yang ingin bekerja akibat sulitnya uji kompetensi. Kalau tidak salah ada 2.500 orang," sambung Irma.
Lebih lanjut Irma berpandangan IDI tak bisa menangani nasib para dokter muda tersebut dan justru berkeputusan memecat dr Terawan yang dia anggap sudah senior dan berpengalaman.
"Harusnya IDI mampu memperjuangkan hal-hal sepele seperti ini. Jangan dibiarkan dokter-dokter muda yang ingin mengabdi pada negara malah dibiarkan menganggur," lanjut Irma.
Sebelumnya, Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) Pusat IDI mengeluarkan surat keputusan pemecatan kepada dokter Terawan. Status pemecatan dari keanggotaan IDI itu adalah permanen.
Dengan demikian dr Terawan tak lagi menjadi anggota IDI di masa yang akan datang.