JATIMTIMES - Kabar kurang mengenakan datang dari Sri Lanka. Pasalnya, Sri Lanka saat ini disebut telah mengalami krisis ekonomi. Bahkan, ratusan pom bensin di Sri Lanka dijaga ketat oleh tentara. Hal itu dilakukan demi keamanan pendistribusian bahan bakar setelah adanya kenaikan harga komoditas beberapa waktu terakhir.
Dikutip melalui CNN Internasional disebutkan bahwa kondisi ini juga membuat puluhan ribu orang mengantre berjam-jam untuk mendapatkan bensin. Untuk diketahui, saat ini Sri Lanka tengah berjuang melawan krisis valuta asing dan hal ini berdampak pada devaluasi mata uang dan menekan impor barang kebutuhan seperti makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Baca Juga : 2021, IPM dan Tingkat Kemiskinan di Tulungagung Meningkat
Salah seorang warga Sri Lanka, Seetha Gunasekera mengungkapkan jika pemerintah harus memberikan solusi untuk warganya. "Semuanya jadi semakin susah gara-gara harga terus naik," kata Seetha.
Sementara, juru bicara pemerintah Ramesh Pathirana mengatakan bahwa keputusan penempatan tentara di pom bensin ini karena sebelumnya ada 3 orang yang tewas saat mengantre. Kondisi tersebut juga diduga adanya penimbunan dan distribusi yang tidak efisien.
"Militer dikerahkan untuk membantu masyarakat, bukan untuk menghalangi mereka," jelas Ramesh.
Di sisi lain, juru bicara militer Nilantha Premaratne mengungkapkan jika setiap pom bensin atau SPBU dijaga oleh 2 personel tentara. Mereka ditugaskan untuk membantu mengatur distribusi bahan bakar namun tetap tidak terlibat dalam mengendalikan massa.
Baca Juga : Wujudkan Kedaulatan Pangan, Gubernur Khofifah Minta HKTI Dorong Produktivitas dan Kesejahteraan Petani
Kondisi Sri Lanka saat ini memang terus memburuk karena cadangan devisa merosot hingga 70% dalam dua tahun terakhir menjadi US$ 2,31 miliar. Selain itu, Sri Lanka juga harus membayar utang sebesar US$ 4 miliar tahun 2022 ini. Bahkan, jatuh tempo obligasi negara juga harus dibayarkan pada Juli sebesar US$ 1 miliar.