JATIMTIMES - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menggelar pelatihan media sosial (medsos) dengan mengusung tema "Bijak dan Produktif di Era Disrupsi Digital". Kegiatan ini untuk meningkatkan literasi digital masyarakat Kota Malang dan diikuti oleh 119 peserta.
Wali Kota Malang Sutiaji menyampaikan, di zaman perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, masyarakat harus bisa bijak menyikapi sesuatu dalam ruang lingkup media sosial. Pasalnya, pola penyebaran informasi yang terjadi saat ini tampaknya mulai berkiblat ke media sosial.
Baca Juga : Tingkatkan Keindahan, Wali Kota Maidi Ajak Warga Jaga Kelestarian Alam
Terlebih lagi, persebaran informasi yang disampaikan melalui laman media sosial sangat cepat dan masif. Persebaran informasi yang cepat tersebut, terkadang belum pasti salah maupun benar terkait kevalidannya.
Menurutnya, dengan kemudahan akses dan kemajuan teknologi, masyarakat sekarang sudah bisa dengan mudah membuat sebuah domain media online pilihannya sendiri. Namun, dengan kemudahan tersebut membuat sebuah platform media dikhawatirkan juga bisa dijadikan tempat oleh oknum-oknum tertentu untuk menyebarkan berita bohong atau hoax.
Orang nomor satu dilingkup Pemkot Malang ini menuturkan, terdapat dua disrupsi besar yang terjadi pada saat sekarang ini. Yakni pandemi Covid-19 san digitalisasi. Dengan adanya dua disrupsi tersebut, hanya ada beberapa pilihan.
"Pilihannya adalah kaku sehingga mundur dan tertinggal karena memandang perubahan sebagai ancaman, atau membuka diri, beradaptasi dan mengayuh maju dengan memandang perubahan sebagai peluang di mana identitas diri kita kuatkan," ungkap Sutiaji.
Lebih lanjut, Sutiaji juga membeberkan terkait pengguna internet di Indonesia. Bahwa berdasarkan data yang dimilikinya, terdapat 204,7 juta pengguna internet dengan 191,4 juta pengguna media sosial aktif. Di mana angka tersebut setara dengan 68,9 persen populasi yang rata-rata penggunaan media sosial hariannya yakni 3 jam 17 menit.
Tren pemanfaatan internet dan media sosial di Indonesia, semakin meningkat dari tahun ke tahun. Secara umum banyak indikator menunjukkan, semakin luasnya pemanfaatan internet, media sosial, pergeseran sejumlah kecenderungan platform dan pemanfaatannya.
"Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Sehingga rentan terpapar dampak negatif digitalisasi, termasuk media sosial," terang Sutiaji.
Baca Juga : Jadi Pusat Ficus Nasional, Mas Dhito Akan Tanam 1218 Ficus di Barat Sungai
Pihaknya berharap kepada 119 peserta yang mengikuti pelatihan media sosial ini dapat memperoleh pemahaman tentang etika dalam penggunaan media sosial. Sehingga bijak dalam berperilaku di media sosial.
Selain itu juga dapat meningkatkan keterampilan mengolah media sosial utamanya terkait pengelolaan isu dan informasi serta meningkatkan pemahaman mengenai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Hal itu agar dapat menghindari hal-hal yang memberikan pengaruh terhadap penyajian informasi, di mana dapat mengakibatkan kerugian serta menyebarkan kebencian atau permusuhan. "Tujuannya adalah agar dapat membuat konten yang baik, benar dan informatif," ujar Sutiaji.
Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Malang Muhammad Nur Widianto menambahkan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan gambaran dan pemahaman kepada masyarakat terhadap etika bermedia sosial serta Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
"Serta untuk mewujudkan masyarakat yang produktif, inovatif dan memiliki etika dalam memproduksi informasi. Sehingga dapat mendorong peningkatan literasi digital khususnya melalui media sosial," pungkas Widianto.