JATIMTIMES - Naiknya harga daging sapi yang terjadi di beberapa waktu terakhir masih terus dipantau oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Di mana hal tersebut dikhawatirkan terus terjadi hingga Ramadan dan di momen Hari Raya Idul Fitri 2022 mendatang.
Baca Juga : Buah Kasemek Glowing Kota Batu Curi Perhatian Pasar Luar Daerah
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, saat ini banyak masyarakat yang preferensinya masih daging segar. Sedangkan stok penyangga dari pemerintah berbeda dari tahun sebelumnya. Sebab pada Februari lalu, Badan Urusan Logistik (Bulog) hanya bisa memasukan daging segar sebanyak 10.000 ton.
"Awal Maret sudah mulai masuk, dan mungkin nanti akan masuk kembali. Sehingga saat puasa dan lebaran ini diharapkan tetap ada opsi bagi masyarakat untuk mendapatkan sumber protein hewani yang terjangkau," terang Oke.
Kenaikan harga daging sapi segar ini disinyalir lebih banyak disebabkan oleh faktor di negeri Kanguru, Australia. Sebab, daging yang diimpor ke Indonesia mayoritas berasal dari Australia.
Dari informasi yang ia himpun, saat ini di Australia sedang terjadi repopulasi sapi. Sehingga terjadi pembatasan penjualan daging segar, sementara permintaan meningkat.
"Jadi harga sekarang sudah menyentuh dekati USD 4,3 kg setara daging. Tentu ini jadi masalah yang menyebabkan harga daging segar di Indonesia meningkat, bahkan di atas Rp 130 ribu per kg," tuturnya.
Baca Juga : Tiga Hari Pemprov Jatim Bantu Distribusikan 2,7 Juta Liter Minyak Goreng
Di sisi lain, pemerintah memperkirakan impor daging sapi atau kerbau pada 2022 ini bakal mencapai 266.065 ton. Meskipun masih membutuhkan impor, Kementerian Pertanian menyebutkan volume impor daging sapi terus menurun setiap tahun.
Sementara itu, kebutuhan daging di Indonesia juga meningkat pada 2022 ini menjadi 706.388 ton. Sedangkan sebelumnya pada 2021 sebanyak 669.731 ton. Meningkatnya kebutuhan daging tersebut juga seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.