JATIMTIMES - Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Anwar Arrabbi yang ada di Dusun Gadog, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur tetap melestarikan 5 bangunan model jerambah atau angkringan yang dibangun sejak sekitar 2015 lalu.
Menurut ustaz Musta'in, Pengasuh Ponpes Nurul Anwar Arrabbi merupakan salah satu pondok salafi yang dipadukan dengan sekolah modern Madrasah Tsanawiyah (MTs) Arrabbi yang berdiri sejak tahun 2012.
Baca Juga : Masuk Puncak Musim Hujan, BPBD Minta Masyarakat Waspada
Menurut pria asli Pesucen itu saat ini jumlah siswa MTs yang sekaligus menjadi santri Ponpes Nurul Anwar Arrabbi 50 yang terdiri dari 14 siswa dan 36 santriwati. “Sampai saat ini tinggal di lingkungan Ponpes atau mukim ada 15 santri yang tidurnya di bangunan model angkringan atau istilah warga setempat dikenal dengan sebutan jerambah,” jelasnya.
Bagi siswa/ santriawan yang mukim mereka tinggal di angkringan yang berukuran sekitar 2 X 2,5 meter untuk dua orang. Sedangkan bagi santriwati/siswi mereka tinggal dalam bangunan permanen yang ada di dekat ruang kelas MTs.
Untuk membantu biaya operasional MTs dan Ponpes maka orangtua/wali santri membayar sodakoh sebesar Rp. 300 ribu per bulan.
Para siswa dan santri yang belanjar di Ponpes Nurul Anwar Arrabbi sebagian adalah anak usia sekolah atau remaja setempat dan sebagian berasal dari desa sekitar Desa Tamansuruh antara lain; Desa Kampunganyar, Desa Grogol dan Kelurahan Jambesari Kecamatan Giri dan Desa Macanputih Kecamatan Kabat Banyuwang.
Menurut ayah tiga tersebut saat ini luas lahan ponpes yang sudah bersertifikat Yayasan Nurul Anwar Arrabbi 850 meter. Sedangkan lahan milik ponpes tapi belum sertifikat luasnya sekitar 4 ribu. Apabila sewaktu-waktu ada dana untuk membangun pemilik sebelumnya sudah mewakafkan dan sudah memberikan ijin.
Ustadz Musta’in menuturkan untuk mengembangkan lembaga pendidikan pada tahun ini pihaknya merencanakan mendirikan Madrasah Aliyah (MA) Arrabbi.
Baca Juga : Hadapi Persela Lamongan, Arema FC Harap Tuah Imlek
“Motivasi awal kami mendirikan MTs karena keprihatinan melihat lingkungan sekitar yang pada masa itu banyak anak usia sekolah yang memiliki minat belajar tinggi tidak ada biaya sehingga terpaksa putus sekolah,” imbuh Ustadz berpenampilan kalem itu.
Sehingga dalam masa itu modal utama untuk mmbangun lembaga pendidikan adalah semangat keikhlasan dan ketulusan dari para pengasuh dan tenaga pengajar untuk membantu anak lingkungan sekitar Gadog yang tidak mampu melanjutkan sekolah setelah lulus Sekolah Dasar (SD).
Saat ini pihaknya berharap kepada pemerintah maupun para donatur dan dermawan untuk membantu melengkapi sarana prasarana (Sarpras) dan fasilitas pendukung yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar yang represntatif utamanya bangunan gedung dan ruang kelas, tambahnya.
Dia menambahkan MTs Arrabbi yang dikelola pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah yang berupa ruang kelas dan sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan.” Kami juga membutuhan relawan untuk menjadi tenaga pendidik dan fasilitas Laptop dan fasilitas IT agar mampu beradaptasi dengan program pembelajaran yang bebasis teknologi saat ini,” pungkas Ustadz Musta’in.