JATIMTIMES - Jika terjadi kebakaran di Kota Batu, bisa jadi pemadamannya tidak maksimal. Itu karena minimnya jumlah hidran untuk suplai air.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Batu berupaya ada 24 titik hidran di wilayahnya. Namun, sampai saat ini, yang ada baru tujuh hidran.
Baca Juga : Segurih Rasanya, Makaroni Produksi Mantan Penyiar Radio di Tulungagung ini Tembus Pasar Nasional
“Hidran merupakan instalasi milik pemadam kebakaran yang bisa digunakan untuk pemadaman. Alat ini terhubung langsung dengan sumber air sehingga mempercepat proses pemadaman,” ungkap Kepala DPKP Kota Batu Supriyanto.
Jumlah hidrant yang memadai bisa mempercepat pemadaman kebakaran serta upaya meminimalisasi terjadinya korban. “Juga meminimalisasi kerugian material ketika terjadi bencana kebakaran. Ini sebagai upaya respons cepat,” imbuh Supriyanto.
Saat ini tujuh hidran itu tersebar di tiga kecamatan. Di Kecamatan Bumiaji, hidran ada di Desa Sumber Brantas, Desa Tulungrejo, Desa Giripurno.
Di Kecamatan Junrjeo, ada di Desa Pendem, Desa Junrejo, dan Desa Tlekung. Sementara di Kecamatan Batu, ada di Kelurahan Temas.
Supriyanto menambahkan, tahun 2022 ini DPKP berencana mrnambah hidran di 10 titik. “Tapi memang rencana itu belum ada titik terang karena anggaran yang terbatas,” kata dia.
Baca Juga : KPU Kota Batu Mulai Fokus Pemutakhiran DPT, Diprediksi 2024 Jumlahnya Capai 177 Ribu Jiwa
Pembangunan hidran ini dirasa perlu. Sejauh ini, pusat hidran terbesar ada di lingkungan Balai Kota Among Tani dan Alun-Alun Kota Batu.
Yang ditakutkan nanti jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran di lokasi yang tidak ada hidran, akan membuat penanganan kebakaran bisa jadi akan terhambat. Sebab, adanya hidran litu sangat berpengaruh terhadap kinerja pemadaman.
“Sejauh ini tim pemadam kebakaran kalau ambil air di dekat Alun-Alun Kota Batu dan Balai Kota Among Tani. Ketika ada kebakaran di titik yang jauh dari hidran, jadi berpengaruh,” ucap Supriyanto.