JATIMTIMES - Kamis (27/1/2022) sore kami kaget ketika melihat kabar di salah satu Grup What's App, bahwa ada kabar duka meninggalnya Luhur Rachman, seorang relawan SAR asal Kota Malang.
Saya pun kemudian coba mengonfirmasi kebenaran berita ini ke salah satu sahabat dekatnya, Sefry. Kebetulan saya dan Shefry adalah dua orang anggota wartawan yang tergabung dalam Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN). Dan Cecep, sapaan akrab dari Sefry pun membenarkan kabar tersebut : "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".
Baca Juga : Berikut Doa yang Mewakili Seluruh Urusan Dunia Termasuk Rezeki, Kata Ustaz Adi Hidayat
Tak lama kemudian ada sebuah berita menjelaskan bahwa Luhur meninggal dalam kecelakaan tunggal. Ketika itu dia hendak berangkat menjadi relawan kembali ke Lumajang.
Kami (beberapa anggota FJN) memang tak terlalu lama mengenal sosok Luhur. Namun, kami memiliki kesan singkat dengan Almarhum.
Dalam perjalanan ketika hendak sowan ke rumah Ketua PWNU Jatim, Kiai Marzuki Mustamar, kami bertemu Luhur di Surabaya. Ketika itu dia hendak menumpang bareng untuk pulang kembali ke Malang setelah ada pertemuan relawan SAR di Surabaya.
Karena kebetulan mobil sedang kosong, kami pun tak keberatan dengan permintaanya. Tak banyak pikir ketika itu saya yang membawa mobil berpikir sederhana saja, dia biasa melakukan aksi sosial dengan membantu orang di SAR, lantas kenapa kami harus keberatan?
Sepanjang perjalanan Kota Surabaya ke Malang yang singkat, mas Luhur adalah sosok yang tak banyak bicara alias pendiam.
Awalnya saya kira dia adalah non santri karena di tubuhnya kebetulan banyak tato. Ternyata prediksi saya salah. Mas Luhur adalah salah satu santri jebolan pondok pesantren di Jember bersama Mas Cecep.
Baca Juga : Pemancing Hilang di Sampean Baru, Pencarian Hari ke-2 NihilĀ
Penampilannya yang sangar lagi-lagi membuat saya terkecoh. Tak disangka kembali Mas Luhur adalah seorang pecinta Al-Qur'an. Terakhir Almarhum bilang ke teman satu pondoknya Mas Cecep sedang proses menghafal satu mushaf penuh dan sementara masih berhenti di 21 juz.
Meskipun tidak sampai hafal penuh, namun berhenti di angka 21 tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi memilih menghafal di usia yang tidak lagi muda alias sedang tidak duduk di bangku sekolah atau lagi mondok.
Kini tidak ada lagi sosok pecinta Al-Qur'an yang juga aktif membantu sesama dalam misi kemanusiaan itu. Selamat jalan Mas Luhur. Semoga semua amal dan ibadah yang dilakukan semasa hidup bisa melapangkan kuburanmu serta juga diterima oleh Allah SWT. Aminnnn.