free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Mukidi Beber Alasan Menghidupkan Kembali Tradisi Wiwitan yang Menghilang di Tulungagung

Penulis : Muhamad Muhsin Sururi - Editor : A Yahya

22 - Dec - 2021, 23:59

Placeholder
Tradisi Wiwitan panen padi Desa Balerejo Kecamatan Kauman Tulungagung. Rabu, 22/12/2021. (Foto: Nugroho for TulungagungTIMES)

JATIMTIMES - Tradisi wiwitan atau selamatan yang dilakukan di area persawahan sebelum panen padi, sudah jarang ditemui di Kabupaten Tulungagung khususnya Desa Balerejo, Kecamatan Kauman. Bahkan tradisi ungkapan rasa syukur dalam bentuk selamatan itu sempat menghilang atau tidak diadakan oleh masyarakat desa setempat.

Untuk menghidupkan kembali dan menjaga adat tradisi sekaligus membangun semangat gotong royong, persatuan dan kekompakan para petani, maka tradisi wiwitan kembali digalakkan.

Baca Juga : 3 Bulan Terakhir, Polres Tulungagung Berhasil Ungkap 31 Kasus Narkoba dengan 38 Tersangka 

 

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Balerejo, Mukidi mengatakan, kegiatan tradisi wiwitan merupakan hasil dari kesepakatan dari semua kelompok tani desa, yang bertujuan salah satunya menggali apa yang sudah dilakukan oleh nenek moyang sebagai penyemangat kerja petani kedepan.

Selain itu, lanjut Mukidi, tradisi wiwitan juga untuk mempersatukan semua petani dan kelompok tani yang ada di Desa agar guyub rukun, bersatu dan bersemangat dalam mewujudkan cita-cita petani yaitu adil dan makmur. "Adat tradisi ini, tujuannya membangkitkan semangat gotong royong petani," kata Mukidi di area persawahan Desa Balerejo. Rabu (22/12/2021).

Mukidi mengaku, tradisi wiwitan Desa Balerejo sempat tidak dilakukan kurang lebih 8 tahun silam, dan adat tradisi itu dimulai lagi pada Tahun 2020, yang artinya tradisi wiwitan yang dilakukan hari ini merupakan kali keduanya.

Menurut Mukidi, sejak tradisi wiwitan dilakukan kembali, petani Desa Balerejo menjadi semakin kompak dalam kerja-kerja pertanian, alhasil panen tahun 2021 ini diperkirakan meningkat hingga 100% dari tahun sebelumnya. "Hasil panen tahun ini diperkirakan mengalami peningkatan, dan panen tahun lalu ada peningkatan 100%," ungkapnya.

Mukidi menegaskan, inti dari menjaga tradisi wiwitan adalah salah satu upaya membangun kekompakan petani. Dengan kekompakan petani Desa diharapkan bisa menghasilkan produk pertanian Desa Balerejo bisa Go keluar daerah. "Dari tradisi ini, yang penting adalah semangat, dan terus bergotong royong," tutup Mukidi.

Senada dengan Mukidi, Ketua Poktan Tani Karya, Andik Triono mengatakan, tradisi wiwitan bertujuan untuk mewujudkan kekompakan para petani, setelah semua petani kompak maka akan mudah dalam mengkoordinasi urusan pertanian salah satunya adalah dalam menanggulangi hama. "Kalau kompak bisa penyemprotan pestisida itu cukup 1 kali, tapi kalau dilakukan sendiri-sendiri itu bisa 5 kali. Maka biayanya juga lebih mahal," kata Andik.

Menurut Andik, tradisi wiwitan merupakan hal penting, tapi kalau hanya dilakukan atau dilestarikan oleh kelompok tani saja masih belum kuat, untuk itu perlu adanya dukungan dari pihak pemerintah baik secara regulasi maupun hal lainnya.

"Belum ada Perdes, tapi pernah dibahas oleh Kepala Desa bahwa tradisi wiwitan ini akan diarahkan pada kegiatan adat Desa. Intinya kegiatan memelihata adat Desa ini untuk membangun kekompakan para petani," tutupnya.

Ditempat yang sama, Ketua Kelompok Ternak Sugih Waras Lestari, Sugeng mengatakan, kegiatan memelihara tradisi wiwitan dilakukan oleh 2 kelompok tani, 1 kelompok ternak, dan 1 gapoktan Desa Balerejo yang bertujuan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang bagus.

Setelah semua kelompok kompak dan bersatu, lanjut Sugeng, kedepan petani dan peternak Desa Balerejo akan mengembangkan pertanian dan peternakan terpadu.  
"Program ini pada prinsipnya adalah dari sawah kembali ke sawah (dari alam kembali ke alam)," tutup Sugeng.

Baca Juga : Hilangnya Pesawat Malaysia MH370 Masih Misteri, Muncul di Citra Satelit Diduga Jatuh di Hutan Kamboja

 

Untuk diketahui, tradisi wiwitan biasa digelar di areal persawahan yang sudah siap panen dengan dipimpin tetua di kampung yang biasa disebut 'mbah kaum'. Ritual ini digelar sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur kepada bumi sebagai 'sedulur sikepi', dan Dewi Sri (Dewi Padi) yang dipercaya telah melimpahkan rizki kepada para petani.

Wiwitan merupakan bentuk keseimbangan hubungan antara manusia dan alam. Tuhan menciptakan alam semesta dan menganugerahkannya kepada manusia. Untuk itu manusia bertugas untuk mengelolanya dengan baik. Dan sebagai ungkapan syukur, manusia mengembalikan sebagian nikmat yang telah diberikan dengan tasyakuran.  

Wiwitan sendiri berasal dari kata wiwit yang dalam bahasa jawa berarti mulai. Karena itu upacara ini merupakan simbol waktu memulai panen padi yang diawali dengan aksi potong padi yang dilakukan oleh Mbah Kaum. Yang disebut bumi adalah sedulur sikep bagi orang Jawa karena bumi dianggap saudara manusia yang harus dihormati dan dijaga dilestarikannya untuk kehidupan.

Sebelum memotongan padi, dan menyantap bersama hidangan uborampe upacara, para petani berkumpul untuk berkarnaval  menuju areal persawahan. Mereka mengenakan pakaian adat Jawa dan membawa uborampe (perlengkapan) seperti ingkung ayam, jajan pasar dan tumpeng.

Orang tertua atau Mbah Kaum kemudian memulai prosesi dengan berdoa, lalu dilanjutkan memotong sebagian padi sebagai tanda padi sudah siap dipanen. Tetapi sebelum Mbah Kaum datang, petani sudah menyiapkan peralatan yang dipakai untuk tradisi wiwitan seperti kendil yang berisi air, ani-ani (alat untuk memotong padi), bunga mawar, menyan serta kain jarik untuk membungkus hasil padi yang sudah dipetik Mbah Kaum.

Setelah ritual selesai dilakukan, biasanya petani membagikan hidangan uborampe yang sudah disiapkan kepada warga sekitar. Makanan yang disajikan yaitu nasi gurih, ayam kampung, sayur nangka, krupuk, tahu tempe, teri, peyek serta jajan kecil, telur, thonto dan biasanya dibungkus dengan daun pisang atau daun jati.

Tak hanya petani, setiap warga boleh mengikuti tradisi wiwitan tersebut tanpa terkecuali dan memakan makanan yang sudah disiapkan bersama-sama. Karena itu, tradisi upacara adat wiwitan juga merupakan wujud menjalin hubungan silaturahmi warga satu dengan yang lain.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Muhamad Muhsin Sururi

Editor

A Yahya