JATIMTIMES - Himpunan Pengusaha Nahdliyin melakukan sowan ke kediaman Dahlan Iskan. Yakni, di Perumahan Sakura Regency Surabaya.
Saat itu Dahlan menyampaikan banyak pesan penting kepada para pengusaha muda yang berbasis kaum santri ini.
Baca Juga : Sambang Dulur Lumajang, Ketua IIPG Jatim Bantu Pengungsi Semeru
"Jika ingin jadi pengusaha dan sukses jangan sekali-sekali musyrik," tegas Dahlan menyampaikan pesan utamanya.
Alasannya, musyrik dalam berbisnis bisa berakibat fatal. Gagal total.
Wejangan itu disampaikan mantan menteri BUMN pada sejumlah pengurus Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Surabaya yang melakukan audiensi di kediamannya Surabaya.
Sebagai dewan pakar organisasi pengusaha kaum santri, Dahlan Iskan merinci secara detil arti makna musyrik yang bermakna mempersekutukan.
"Ya, sama dengan berkeTuhanan. Kalau musyrik dosa tak termaafkan. Harus segera taubatan nasuha," katanya.
Maka dari itu, keesaan dalam berbisnis harus dilakukan secara fokus pada bisnis yang ditekuni. Jangan pernah menduakan. Apalagi, jika disambi dengan kerja politik.
"Walah, sudah tutup saja. Dari pada bangkrut," tandasnya seraya menyampaikan, jangan pernah meniru dirinya yang kini bisa disebut sukses.
Sebelumnya, Dahlan mengawali usaha dari minus dan berdarah-darah. Makanya, saat usahanya mulai maju, begawan media asal Takeran memilih enggan menghadiri berbagai undangan acara apapun.
Baca Juga : Tinjau Terminal Arjosari Malang, Wakapolresta Soroti Layanan PeduliLindungi yang Kurang Efektif
"Saya gak mau hadir karena pasti dipuja-puji. Disuruh pidato. Semua itu saya anggap syaiton atau godaan. Saya memilih di kantor. Fokus. Kerja kerja kerja," katanya lagi.
Makanya, ketika ada pengusaha yang nyambi kerja politik, Dahlan prihatin. Sebab, tujuan utamanya berbisnis pasti terabaikan.
Adanya HPN Dahlan mengaku gembira karena santri dianggap mau ikut memikirkan ekonomi.
"Saya suport HPN asal bisnisnya kaffah," tambahnya seraya mencontohkan produk gagal dari sebuah gerakan ekonomi berbasis politik.
Sebelum audiensi ke Dahlan Iskan, HPN Surabaya dipimpin Alaik Hadi sowan pada ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwiyono.