JATIMTIMES - Banyak info hoaks dalam bencana Gunung Semeru di Lumajang. Tentu info hoaks itu membuat resah. Apalagi, kala yang lain sibuk mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk membantu korban erupsi Semeru, ada yang tega bergurau dengan membuat informasi hoak.
Parahnya lagi, informasi ini kemudian diteruskan kepada yang lain hingga menyebar di media sosial seperti grup Whatsapp dan Facebook.
Baca Juga : Banyak Hoaks dan Pelancong Ditengah Bencana Erupsi Gunung Semeru
Akibatnya, muncul kepanikan yang membuat stres keluarga korban dan warga lainnya. Contohnya saat tim evkuator dan relawan istirahat sejenak mengatur strategi pukul 20.00 (5/12), muncul informasi yang menyebutkan agar wilayah Desa Jarit siap siaga peringatan siaga 2 dikarenakan Jembatan Jugo dan Jembatan Uter putus akibat lahar dingin.
Ternyata infotrmasi tersebut hoak dan sumber mengatakan bahwa itu adalah gurauan. Tentu ini sangat disesalkan.
Juga ada informasi voicenote dari Kecamatan Yosowilangun yang meminta doa karena Pantai Wotgalih meluap dan warganya mengungsi ke Desa Kraton dan Desa Grati. Informasi ini pun ternyata hoak dan sangat meresahkan.
Sementara itu, di pos Balai Desa Sumberwuluh tampak raut wajah kesedihan pengungsi dan ada yang panik mencoba menghubungi seseorang lewat ponselnya. Ternyata ia mencoba menghubungi keluarganya yang lain karena ada informasi banjir susulan di Curah Kobokan.
Seorang warga yang bernama Titin, warga Dusun Umbulrejo, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Lumajang, merasa tenang kembali setelah diberi penjelasan bahwa banjir tidak sampai ke wilayah Hutan Bambu tempatnya tinggal. “informasi banjirnya Curah Kobokan memang benar namun ada yang membesar-besarkan,” ucapnya.
Warga pun diminta terlebih duku mengecek kebenaran informasi. Informasi call center bencana harus disebarkan agar masyarakat tahu ke mana harus mencari informasi yang benar.
Baca Juga : Doa-Doa Para Nabi saat Dilanda Rasa Cemas yang Luar Biasa
Fenomena lain yang bikin sesak dada yakni adanya pengunjung warga dari luar daearah terdampak bencana. Saat ini mereka seharusnya tidak perlu datang jika hanya ingin melihat-lihat, apalagi dengan rombongan keluarga dan komunitas.
Kehadiran “pelancong duka” ini cukup mengganggu arus lalu lintas, terutama di dekat posko-posko. Mobil ambulans yang meraung meminta jalan seolah dianggap sebagai musik hiburan.
Bahkan ada rombongan pemotor yang memadati jalan menuju posko. Tidak tampak mereka membawa logistik atau apa pun yang menunjukkan bahwa ia sedang mencoba memberi bantuan.