JATIMTIMES - Keberadaan Gunung Tembok atau Gunung Tri Anggulasi sisi barat yang ada di Dusun Bonsari, Desa Tembokrejo, Gumukmas, Jember terancam tinggal riwayat. Hal ini setelah gunung kecil yang memiliki ketinggian 300 meter tersebut dilakukan penambangan besar-besaran dalam 2 bulan terakhir.
Ironisnya, tidak semua warga yang tinggal di bawah kaki gunung yang berbatasan dengan Kecamatan Umbulsari ini mendapat kompensasi dari aktivitas penambangan tersebut.
Baca Juga : Hargai Jasa Kepala Desa, Warga Abadikan Namanya di Jembatan
Dari pengakuan warga, tidak lebih dari 30 KK (kepala keluarga) yang mendapatkan kompensasi. Padahal kawasan kaki gunung tersebut merupakan kawasan padat penduduk.
"Sekitar 27 KK yang diundang untuk mendapat kompensasi setiap bulannya, dan sekarang ini bulan kedua," ujar Imam Mukhlasin yang rumahnya hanya berjarak 100 meter dari lokasi tambang saat ditemui wartawan, Kamis (2/12/2021).
Menurut Mukhlasin, setiap bulan, dirinya mendapatkan jatah uang Rp 100 ribu dan beras 10 kilogram. "Ya cuma dapat uang Rp 100 ribu dan beras 10 kg, serta sekali diberi sarung," ujar Mukhlasin.
Sedangkan ketika ditanya perizinan tambang, apakah warga sekitar dimintai izin? Mukhlasin mengatakan, bahwa warga dimintai tanda tangan, itupun setelah warga melakukan protes ke balai desa.
"Dulu pernah dikasih uang Rp 25 ribu saat warga melakukan protes ke balai desa. Disuruh tanda tangan memberikan izin penambangan," jelas Mukhlasin.
Meski demikian, Mukhlasin mengaku, bahwa sejak ada aktivitas penambangan, dirinya bersama keluarga mulai kesulitan istirahat siang. Sebab suara mesin yang ditimbulkan dari alat berat dirasa mengganggu.
"Ya efeknya sekarang tidak bisa istirahat, memang mesin pada jam 12 sampai jam 1 siang berhenti operasi. Tapi kami warga desa kan biasanya jam 12 baru pulang kerja, terus istirahat sekitar jam 12.40 an, tapi sekarang gak bisa," bebernya.
Baca Juga : Kisruh Kontraktor Vs Tetangga Berakhir Damai, Laporan Polisi Dicabut
Nur Kholis, warga lainnya yang rumahnya berjarak sekitar 200 meter dari lokasi mengatakan, bahwa setiap hari sedikitnya 25 dump truk keluar masuk lokasi tambang. Truk-truk tersebut kembali dua kali setiap harinya.
"Ya kalau berisik, iya mas. Saya pernah melihat mulai pagi sampai sore ada sekitar 25 truk yang saya hitung. Truk-truk itu sehari dua kali mengangkut batu gunung, jadi sehari rata-rata 50 kali angkut," ujar Nur warga yang tidak ikut mendapatkan kompensasi.
Sedangkan dari penuturan warga, aktivitas penambangan tersebut menurut warga sekitar dilakukan untuk bahan campuran semen yang ada di Puger, dan juga untuk material uruk.
"Kalau infonya yang saya dengar untuk bahan campuran semen, tapi ya gak tahu lagi," pungkas Nur.