JATIMTIMES - Sayyid Ahmad Khan, merupakan seorang ilmuwan keturunan Nabi Muhammad SAW yang lahir di Delhi, India pada tahun 1817. Berdasarkan garis keturunan sang ayah, Sayyid Ahmad Khan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW melalui Fatimah Az Zahra dan Ali bin Abi Thalib.
Oleh karena itu, gelar Sayyid disematkan pada nama lengkapnya yaitu Sir Sayyid Ahmad Khan Ibnu al-Muttaqi Ibnu al-Hadi al-Hasani as-Dahlawi. Nenek moyang Ahmad Khan berasal dari Semenanjung Arab yang melakukan hijrah ke Herat, lalu India saat rezim Akbar Shah.
Baca Juga : Indahnya Toleransi Warga Tengger, Berbeda Agama, Disatukan oleh Adat dan Budaya
Ayahnya, Mir Muttaqi, merupakan orang shaleh yang memiliki pengaruh besar di istana kaisar Mughal Akbar Shah II. Kakeknya, Sayyid Hadi, juga merupakan seorang pembesar istana pada tahun 1754-1759.
Pada masa kecilnya, Ahmad Khan telah memperoleh pendidikan tradisional, pengetahuan agama, bahasa Arab dan Persia, matematika, mekanika, geometri, ilmu kedokteran dan juga sejarah. Hal ini juga yang membuat Ahmad Khan memiliki ketertarikan dalam membaca buku dari berbagai bidang ilmu.
Sebagian besar pendidikan dan pengajaran, termasuk membaca Alquran, didapatkan Ahmad Khan di rumahnya sendiri. Menurut tulisan Muh. Ilham Usmanbertajuk Kontribusi Pemikiran Islam Sayyid Ahmad Khan di Dunia Islam India, Sayyid Ahmad Khan dikenal dengan pemuda yang berwawasan luas dan berpikiran maju.
Selain itu, ia juga dapat menerima segala ilmu pengetahuan modern.
"Para cendekiawan muslim internasional memasukkan Sayyid Ahmad Khan sebagai tokoh pembaharuan Islam abad ke-19 yang mempunyai gagasan brilian," tulis Muh. Ilham Usman.
Kemudian saat menginjak usia 18 tahun, Ahmad Khan berhasil menyelesaikan pendidikan formalnya. Hingga akhirnya sang ayah wafat pada tahun 1838 membawa dampak psikologis dan finansial bagi keluarganya.
Berbekal pengetahuan dan kecerdasannya, ilmuwan muslim ini memutuskan untuk bekerja di Serikat India Timur (The East India Company-EIC). Ia lalu melanjutkan kariernya sebagai pembantu hakim di Fatehpur pada tahun 1841.
Meski sudah pernah mencicipi hasil dari bekerja, Ahmad Khan memutuskan untuk melanjutkan studinya di Delhi tahun 1846. Selang beberapa tahun setelah melewati masa pemberontakan besar, ia kemudian mendapat kesempatan untuk mengunjungi Inggris sebagai bentuk balas jasanya pada mereka.
Baca Juga : Kader IPM Jatim Dorong Masyarakat Desa Kembangkan Sektor Pariwisata
Terinspirasi dengan kemajuan pendidikan dan sains di sana, Ahmad Khan mendirikan Majelis Sains di Aligarh. Majelis itu didirikan dengan tujuan untuk memotivasi generasi muda Islam untuk menyukai dan cinta terhadap ilmu pengetahuan Barat.
Tahun 1875, Ahmad Khan membangun sekolah modern yang diberi nama Muhammadan Anglo-Oriental College (MAOC) atau Madrasah Al-Ulum Musalmanan di Aligarh dan Lord Lytton (raja muda Inggris). Sekolah tersebut ditujukannya untuk meningkatkan kualitas umat muslim India.
Sekolah ini terus mengalami kemajuan, hingga tahun 1920 mulai berkembang menjadi perguruan tinggi yang dikenal dengan Universitas Islam Aligarh di India.
Selain menyumbangkan gagasannya dalam wujud konkrit, Ahmad Khan juga menuangkannya dalam bentuk karya tulis. Karya pertamanya yakni Asar as-Sanadi pada tahun 1855.
Setelah pindah ke Bijone, ia juga banyak mengarang buku-buku penting tentang Islam. Oleh sebab itu, Ahmad Khan disebut-sebut mempunyai pengaruh besar terhadap pembaharuan Islam di India, terutama melalui jalur pendidikan.
Hingga akhirnya tahun 1899, Ahmad Khan menderita penyakit selama beberapa bulan dan mengembuskan napas terakhirnya di usia 81 tahun.