JATIMTIMES - Sebagai manusia, kita pasti pernah diposisikan pada kehidupan diantara kenyamanan, kebahagiaan, dan bahkan masa-masa sulit yang datang menorobos tanpa bertanya. Saat merasa memiliki kesulitan, berada di titik terendah, putus asa dalam hidup, dan takut akan masa depan, cobalah untuk membaca buku ini. Buku dengan judul ”Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah” karya Alfiaghazi, akan mengingatkan bahwa itu hanyalah sebagian kecil dari kehidupan. Memang hidup ini adalah serangkaian perjalanan. Terkadang bisa kita lewati dengan mudah, nyaman, dan begitu membahagiakan. Hanya saja, ketika waktu perjalanan menjadi buram sehingga membuat kita seperti tidak tahu akan melangkah ke mana dan hampir menyerah. Berhentilah untuk menyerah, karena kemudahan yang Allah berikan kepada kita belum tentu kemuliaan dan kesulitan yang Allah berikan kepada kita belum tentu adalah kehinaan. Inilah kehidupan, keinginan kita dapat dipukul mundur, bukan karena dunia ini kejam, tetapi Allah tahu mana yang akan menyelamatkan dan mana yang menghancurkan kita.
Buku karya Alfialghazi berisi esai singkat yang terdiri dari 75 bab. Setiap babnya berisikan permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari dan berisi solusi dari penulis dalam menghadapi permasalahan tersebut yang dijabarkan dengan singkat. Tulisan yang terkesan sederhana dalam buku ini membuatnya mudah diserap di hati pembaca. Kalimat-kalimat sederhana yang mampu menjadi cerminan bagi diri dari setiap kegagalan yang pernah dilewati. Pengulangan yang tertulis justru menjadi sebuah penguat yang akan terus membekas ketika telah selesai membacanya, sekaligus menjadi pengingat bahwa kehidupan selalu berporos pada Allah. Setiap lembar, penulis memberikan kekuatan kepada pembacanya dengan untaian kata-kata yang indah.
Baca Juga : Menemukan Keseimbangan Hidup Wanita dengan Berbahagia
"Remember this, takdir Allah itu selalu yg terbaik, bila terasa belum baik, berarti takdirnya belum selesai". (Hal. 36)
Buku ini memberikan suntikan semangat agar tetap bertahan untuk para pembaca yang sedang kehilangan dan kesulitan. Penulis mendorong pembaca agar memiliki hati bahagia dengan merasa cukup, bersyukur, dan bertahan dalam musibah dengan sikap sabar. Apabila kita memiliki keinginan yang besar, kita juga harus punya keberanian yang sepadan untuk memperjuangkannya. Namun, jika ternyata ada saja ujian di tengah jalan yang membuyarkan perencanaan, maka tugas manusia adalah tawakal total terhadap pertolongan Allah. Terus bermimpilah yang tinggi. Dunia masih butuh orang-orang yang masih terus menghidupkan mimpi. Tugas kita mengiringi setiap jengkal impian itu dengan doa-doa dan menggantungkan harapan hanya kepada Allah. Pada satu waktu, kita akan menyadari bahwa berada di titik masalah adalah teman perjalanan yang tak terpisahkan adalah anugerah indah dari Allah.
Sebagai manusia, kita harus mementukan arah petualangan kita, ke mana energi akan dihabiskan, dan ke mana fokus akan dicurahkan. Kita juga harus turut mengusahakan agar pertolongan itu datang dan jangan menjadi manusia yang berpangku tangan, berharap agar pertolongan itu datang tanpa adanya usaha. Tidak semua doa harus terjawab sekarang juga. Allah menyimpan beberapa untuk membantu pada saat yang paling tepat. Allah maha tahu, sedangkan kita tidak.
"Jangan pernah berhenti melangitkan doa. Doa adalah kebaikan yang pasti kepada pelukanmu". (Hal. 91)
Salah satu rahasia hidup damai adalah selalu menyangga diri dengan senyuman, tidak menyalahkan orang, dan tidak menyalahkan Allah walaupun takdir tidak sejalan. Hidup benar-benar dalam usaha dan penerimaan. Mungkin kita pernah menangis begitu panjang untuk menghadapi ujian yang terlihat begitu berat. Kita berharap badai ini segera berlalu. Namun, badai tersebut senantiasa hadir, walaupun kita mencoba untuk terus menghindar. Inilah dunia yang skenarionya telah ditetapkan oleh sutradara kehidupan yaitu Allah. Ujian adalah medan untuk menempa diri bagi jiwa-jiwa yang ingin menguatkan dirinya. Perihal takdir pada akhirnya membawa kita kemana, tak ada satupun yang tidak dalam genggaman Allah. Yang kita butuhkan dalam semua situasi adalah ketika kita berada di sisi Allah. Percayalah pertolongan Allah itu benar-benar ada dan nyata. Teruslah untuk mengangkat tangan dan memohon kepada-Nya.
Baca Juga : Perjuangan Meraih Harapan Hidup Lebih Baik
Semakin ke belakang pembahasannya akan semakin terasa berat. Namun, penulis menyajikan dengan gaya bahasa yang ringan. Pada akhirnya ditutup dengan pengingat yang sangat mengetuk hati, bahkan mungkin menyayat hati. Bagaimana tidak? Setelah perjuangan panjang telah dilalui dengan banyak tetesan air mata yang membasahi, maka kematikan akan menjadi jalan menuju perjumpaan dengan yang selama ini dirindukan. Inilah jalan menuju perjumpaan dengan Allah yang Mahatinggi dan merayakan kerinduan dalam keabadaian. Lantas, menjadikan dunia sebagai poros kehidupan dan harta sebagai tanda keberhasilan maka tentu hal yang keliru. Bentuk penyesalan saat berada di alam kubur adalah ketika ia sadar bahwa yang ia butuhkan adalah anak yang shaleh dan menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat terbaik. Aset yang berharga bukanlah gemerlapan harta yang ada di dunia. Namun, tiga amalan yang tak akan putus yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh. Bersemangatlah, jangan menyerah, sungguh surga adalah akhir yang paling indah.
Dalam buku ini sulit untuk menemukan adanya kekurangan. Perpaduan warna kuning dan hitam menjadi menarik saat dibaca disertai dengan sisipan ayat Al-Qur’an yang menenangkan. Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah dapat menjadi sahabat baru kita untuk mengembalikan jiwa yang hilang arah dan berniat menyerah. Mari berjuang kembali dan ingat akan kebesaran Allah.
Nama : Seca Garini Aratiningtyas
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 16 Mei 2001
Alamat : Kepanjen, Kabupaten Malang
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang
Pembimbing : Dr. Daroe Iswatiningsih, M. Si.