JATIMTIMES - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sejak hari Jumat (12/11/2021) hingga Sabtu (13/11/2021) lalu berkunjung ke beberapa wilayah di Jawa Timur (Jatim). Di antaranya Kota Malang, Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik.
Dalam kunjungan ke beberapa kota tersebut, Anies bertemu dengan beberapa tokoh berpengaruh di Jatim. Saat berkunjung ke Kota Malang, Anies bersilaturrahmi ke kediaman Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim KH Marzuki Mustamar yang berada di dalam komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Sabilurrosyad Gasek Malang.
Baca Juga : Mulai Ada Kelonggaran, Kepadatan Arus Lalu Lintas Terjadi di Akhir Pekan
Anies didampingi Bendahara PWNU DKI Jakarta Mohamad Taufik, KH Nasirul Mahasin yang merupakan kakak kandung KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dan beberapa rekan aktivis mahasiswa semasa Anies kuliah dulu.
Ketika ditanya apakah kunjungan ke Kota Malang dengan bertemu Kiai Marzuki untuk meminta arahan menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Anies pun mengucapkan saat ini sedang fokus mengurusi DKI Jakarta.
Setelah banyak berbincang, Anies pun bersama Kiai Marzuki berangkat dari Ponpes Sabilurrosyad menuju Kota Surabaya untuk menghadiri undangan yang sama dengan mengendarai mobil pribadi milik Kiai Marzuki. Dengan duduk berdampingan, Anies dan Kiai Marzuki kerap kali menunjukkan senyum ramahnya.
Kemudian, Anies pun datang ke Kota Surabaya sebagai keynote speaker dalam acara seminar Diksi Milenial Jatim yang disandingkan dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Ketika menjadi pembicara, Anies membeberkan kesuksesan DKI Jakarta dalam menangani Covid-19.
Selesai di acara itu, paginya pada hari Sabtu (13/11/2021) Anies menyempatkan untuk bersilaturrahmi dengan salah satu tokoh pers yang berpengaruh di Jatim yakni Dahlan Iskan. Anies pun menyempatkan makan nasi kuning bersama Dahlan Iskan dan berbincang di podcast milik Dahlan Iskan.
Lalu Anies pun melanjutkan lawatannya di Jatim untuk berziarah ke makam salah satu Wali Songo yang ada di Kabupaten Gresik, yakni ke makam Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Ketika ditanya awak media terkait pencalonan di Pilpres 2024, Anies tidak menjawab dan hanya menebar senyum khasnya.
Safari Anies ke Jatim ini, menurut pandangan pengamat politik sekaligus Dosen di Program Studi (Prodi) Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) yakni Wawan Sobari, dirinya melihat bahwa safari ini tidak dapat dilepaskan dalam dikursus Pilpres 2024.
Karena bagaimana pun, menurut Wawan dari hasil beberapa lembaga survei menunjukkan elektabilitas Anies Baswedan di posisi ketiga setelah nama Menteri Pertahanan RI sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDI Perjuangan yakni Ganjar Pranowo.
"Menurut saya apapun langkah gerak Anies ketemu seperti dengan Kiai Marzuki, dengan massa KAHMI (Korps Alumni HMI), itu tidak akan lepas dari simbol bahwa dia ini sedang menggalang dukungan (Pilpres 2024), sulit kalau mau melepaskan dari itu," ungkap Wawan kepada JatimTIMES.com.
Safari politik Anies ke Jatim yang langsung merapat ke Kiai Marzuki ini, menurut Wawan dugaan yang paling menguat dan memungkinkan adalah untuk menunjukkan kedekatannya serta menyapa petinggi dan massa NU di Jawa Timur.
Pasalnya, selama ini menurutnya Anies dicitrakan sebagai sosok tokoh Islam Modernis, orang keturunan Arab, Alumni HMI dan dekat dengan komunitas masyarakat Islam. Wawan pun menuturkan, tidak bisa Anies hanya menjadi sosok Islam Modernis. Karena khusus di Jatim tidak semuanya menciptakan Islam Modernis.
"Ada Islam tradisional, tradisional dalam arti hal-hal lain itu di kalangan grassroots, jadi Islam yang elitis, Islam yang grassroot akar rumput seperti NU, itu harus dirangkul," kata Wawan.
Terlebih lagi, saat bertemu warga di komplek Ponpes Sabilurrosyad Gasek Malang, Kiai Marzuki sempat mengenalkan Anies Baswedan sebagai calon presiden. Menurut Wawan, hal itu merupakan lampu hijau bahwa Kiai Marzuki telah bersimpati kepada Anies Baswedan.
"Sebenarnya itu sudah sangat sederhana, Kiai Marzuki yang sudah menunjukkan simpatinya kepada Anies, meskipun tidak berbicara keputusan," ujar Wawan.
Meskipun Anies menyatakan bahwa pertemuan dengan Kiai Marzuki tidak bisa hanya dinilai sebagai silaturahmi biasa. Karena secara tidak langsung memang Anies Baswedan memang simbolnya adalah calon presiden.
"Tinggal dia nyari partai saja kan kalau saya lihat, dia secara elektabilitas sudah lumayan," imbuh Wawan.
Baca Juga : Stadion Brantas Kota Batu Bakal Direvitalisasi, Rencana Ada Sayembara Design Bangunan
Mengenai dukungan partai politik (parpol), Anies yang lebih dekat dengan partai-partai Islam Modernis, Wawan melihatnya Anies harus juga menjajaki parpol-parpol nasionalis. Di mana parpol nasionalis di Indonesia tidak total nasionalis.
"Ada yang simbolnya nasionalisme-religius, kayak Golkar itu juga iya, Golkar itu malah banyak kadernya dari NU, HMI, Muhammadiyah, jadi mereka itu kan bisa saja melihat Anies sebagai calon presiden," tutur Wawan.
Meskipun, dalam beberapa hal Partai Golkar telah bersepakat bakal mengusung Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai calon presiden. "Tapi bagi saya akan berubah ketika Golkar itu (melihat) tidak menguntungkan buat dia, bisa jadi kedepan Golkar mendukung Anies, tergantung negosiasi politiknya," ungkap Wawan.
Lebih lanjut, terkait pernyataan Anies ketika ditanya awak media mengenai pencalonan presiden di Pilpres 2024 yang hanya menjawab sedang fokus mengurusi DKI Jakarta, Wawan menilai jawaban itu merupakan suatu hal yang wajar.
Bagaimana pun, Anies saat ini masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan harus terus berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan, utamanya seputar Pilpres 2024. Menurut Wawan, bisa saja nantinya muncul isu di tengah masyarakat bahwa DKI Jakarta belum selesai masa kepemimpinannya sudah masuk ke tataran nasional sebagai calon presiden.
Wawan mengatakan, bahwa jika masyarakat jeli, saat ini Anies memang tidak secara terang-terangan menggalang dukungan untuk Pilpres 2024. Namun, secara simbolik Anies sedang memperkenalkan kepada publik, agar masyarakat di tiap daerah yang dikunjungi Anies mengetahui dirinya.
"Secara simbolik warga sudah tahu bahwa Anies sebenarnya sedang mulai menjajaki konstituen terutama Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah pemilih kedua terbesar setelah Jawa Barat," terang Wawan.
Menurutnya, rentan waktu dua sampai tiga tahun berjalan menuju Pilpres 2024 merupakan waktu yang sangat tepat untuk seorang tokoh atau politisi mempersiapkan dalam ajang kontestasi Pilpres 2024 yang pastinya membutuhkan persiapan yang kuat.
"Menurut saya rentan waktu sangat tepat, karena di 2024 pesaingnya lebih keras, karena Jokowi kan tidak lagi maju, maka yang muncul adalah calon-calon baru. Di mana mereka memang harus betul-betul menginvestasikan pikiran, tenaga dan waktunya untuk mengharap dukungan politik," jelas Wawan.
Sementara itu, Wawan menilai kedepan bakal banyak isu yang mencuat ke publik untuk saling menyudutkan antar tokoh yang direncanakan meramaikan Pilpres 2024. Salah satunya yakni Anies.
Di mana, diduga bakal banyak pihak-pihak yang memanfaatkan citra Anies saat ini sebagai orang Indonesia keturunan Arab dan dekat dengan tokoh-tokoh komunitas Islam sebagai bahan mengolah isu negatif ke publik.
"Bisa jadi sekarang calon-calon pesaingnya Anies itu sedang mulai melakukan analisis tentang kelemahan-kelemahan figur dan citranya anies, menurut saya itu sudah dijalankan dari sekarang," ujar Wawan.
Menurutnya, kelemahan-kelemahan tersebut akan dieksploitasi oleh lawan-lawan politik Anies di Pilpres 2024 mendatang. "Menurut saya memang Anies Baswedan maupun calon yang lain pasti mereka mau tidak mau harus menyiapkan itu, untuk mencari kelemahan-kelemahan yang bisa diekspose," pungkas Wawan.