JATIMTIMES - Selama ini, profesi petani seringkali dianggap bukan pekerjaan yang cocok bagi kalangan milenial. Bahkan, anggapan jadi petani bukan hal yang menjanjikan. Melihat itu, Forum Komunikasi Perguruan Tinggi-Teknologi Pertanian Indonesia (FKPT-TPI) mendorong para generasi muda menyambut baik Program Petani Milenial yang merupakan program pemerintah.
Adanya petani milenial, tentunya akan menjadi regenerasi atau penerus dalam sektor pertanian. Di mana, struktur petani dilihat dari umur banyak didominasi usia 40 hingga 50 tahun lebih. Terwujudnya petani milenial tentunya akan semakin berdampak baik untuk ketahanan pangan.
Baca Juga : Kasus Stunting Kota Malang Turun Jauh di bawah Rata-rata Jatim
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UB Prof Dr Ir Imam Santoso MP yang juga Ketua FKPT TPI menjelaskan, pihaknya kini tengah berupaya mendorong generasi milenial menjadi petani. Melalui program Petani Milenial, tentunya peluang para pemuda untuk mendapatkan inovasi teknologi pertanian sekaligus mempunyai kemampuan literasi digital yang baik.
"2 hal akan menghasilkan petani milenial, yang adaptif dengan teknologi. Baik di teknologi perawatan, produksi maupun di teknologi marketing," jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, untuk mewujudkan petani milenial, tentunya terdapat tantangan yang harus dilalui. Tantangan tersebut adalah bagaimana mampu meyakinkan dan mendorong para pemuda untuk mampu memanfaatkan sektor pertanian sebagai jalan hidup dan jalan usaha yang prospektif, sebagaimana juga usaha yang lain.
Jika dipetakan, sektor pertanian yang generate income atau pendapatan tinggi adalah holtikultura, seperti buah-buahan dan sayuran dibandingkan dengan tanaman pangan.
"Sektor ini akan kita dorong. Karena multiplayer effect-nya lebih banyak. Jadi petani milenial ini selain di sektor tanaman pangan juga di sektor tanaman holtikultura yang memang memiliki nilai tambah yang tinggi," ungkapnya.
Baca Juga : Pulihkan Ekonomi, Wali Kota Kediri dan Bupati Kediri Bersinergi Selenggarakan Kelud UpHill Challenge 2021
Peluang dalam sektor pertanian di era milenial sangatlah tinggi. Tentunya hal tersebut dengan nilai tambah untuk menciptakan daya tarik. Kaum milenial dengan literasi teknologi tentunya mampu untuk melakukan hal tersebut.
"Misalnya, sebuah perkebunan buah, diintegrasikan dengan wisata. Dikemas dengan media digital diberikan sebuah konsep yang Instagramable dan dipromosikan tentunya akan banyak mengundang orang, sehingga potensi income tinggi," pungkasnya.