JATIMTIMES - Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuqi Mustamar hadir dalam kegiatan peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Putri yang berada di Jalan Sedap Malam, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Ulum Putri tersebut dibangun di atas lahan seluas 2000 meter persegi oleh KH Noor Shodiq Askandar yang merupakan Inisiator Rumah Sedekah NU sekaligus Ketua LP Maarif Nahdlatul Ulama Jawa Timur.
Sosok kiai yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang (Unisma) ini mengatakan, peletakan batu pertama pembangunan Ponpes Mambaul Ulum Putri ini nantinya diperuntukkan bagi para mahasiswi yang akan menghafal Al-Qur'an dan juga akan disediakan pesantren bagi masyarakat lanjut usia (lansia).
Baca Juga : Gelar Pelatihan Membatik, Tim Kadaireka Unisba Blitar Dorong Perajin Batik Kembang Turi Berinovasi
"Ini ada dua tempat, yang Tahfidz untuk anak-anak mahasiswa putri kemudian ada yang lansia itu rencananya mereka kalau membutuhkan pelayanan ibadah dan dzikir bisa di hari Jumat, Sabtu, Minggu mereka ada disini," ungkap pria yang akrab disapa Gus Shodiq kepada JatimTIMES.com, Rabu (3/11/2021).
Gus Shodiq pun membeberkan alasan mengapa Ponpes Mambaul Ulum Putri dikhususkan untuk ponpes tahfidz. Hal itu dikarenakan dirinya terinspirasi pada kisah salah satu hafidz Al-Qur'an Ibnu Muljam.
"Karena itu saya bikin pesantren tahfidz untuk anak-anak tidak hanya menghafal Al-Qur'an tetapi juga memahami Al-Qur'an sekaligus juga aqidah islam ahli sunnah wal jamaah an-nahdliyah, sehingga mereka secara aqidah juga kuat," jelas Gus Shodiq.
Selain itu, pihaknya juga memiliki visi ke depan untuk mencetak para hafidz dan hafidzoh yang juga memiliki kemampuan dalam hal entrepreneur. Sehingga nantinya orang tidak hanya memandang para hafidz dan hafidzoh merupakan para penghafal Al-Qur'an.
"Tetapi mereka adalah orang-orang yang mandiri punya usaha dan lain sebagainya, jadi mereka bisa menjadi lebih percaya diri bagi seorang hafidz, hafidzoh," ujar Gus Shodiq.
Lebih lanjut, Gus Shodiq juga membeberkan alasan mengapa menyediakan tempat untuk masyarakat lansia di Ponpes Mambaul Ulum Putri. Menurutnya, penyediaan tempat tersebut agar perjalanan para lansia mengarungi kehidupan di dunia semakin tertata.
"Lansia ini banyak orang yang sudah sepuh-sepuh itu ya butuh bantuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahuwata'ala," tutur Gus Shodiq.
Karena menurutnya, banyak juga para lansia yang saat ini tidak bisa mengaji dengan lancar, kemudian juga banyak juga para lansia yang membutuhkan tempat untuk beribadah dengan tenang.
"Dengan begitu kita berharap ketenangan hati mereka menghadapi hari akhir itu menjadi lebih kuat," kata Gus Shodiq.
Sementara itu, Ketua PWNU Jatim KH Marzuqi Mustamar yang hadir dalam peletakan batu pertama dan memimpin doa bersama untuk kelancaran dan keberangkatan ponpes nantinya menyampaikan, bahwa kehadiran ponpes di tengah-tengah masyarakat merupakan suatu hal yang penting.
Baca Juga : Mengenal Lebih Dekat Bripka Sutrisno, Anggota Polres Pamekasan yang Aktif Jadi Bilal
Menurutnya, seorang manusia memiliki amanat dari Allah SWT untuk menjaga keagamaan yang berfungsi untuk diri sendiri dan masyarakat. Pasalnya saat ini kondisi bangsa Indonesia berada dalam situasi, pengaruh, lingkungan dan kepentingan yang bermacam-macam.
"Sangat penting hadirnya pesantren untuk menjaga agama supaya selamat semua," tutur Kiai Marzuqi.
Terlebih lagi saat ini banyak aliran-aliran yang mengaku Islam namun didalamnya berisi tentang sarkasme, sadisme, dan hal-hal buruk lainnya. Apalagi juga banyak yang mengaku berbendera Islam namun nyatanya merupakan penganut liberalisme dan sekulerisme.
"Pesantren ini di tengah-tengah, La liberalisme, Wala sekulerisme, Wala radikalisme, ini benar-benar yang rahmatan lil alamin, pesantren harus hadir," ujar Kiai Marzuqi.
Pihaknya berharap agar pesantren dapat hadir di tengah-tengah masyarakat dan memberikan ketenangan dab pencerahan bagi banyak orang. Apalagi Ponpes Mambaul Ulum Putri berada di lingkungan padat penduduk dan berada di sekitaran kampus, di mana hal itu juga akan memengaruhi orang banyak.
Karena dengan banyaknya latar belakang daerah, suku, agama, tradisi, budaya dan kepentingan, harus ada ponpes yang mengimbangi perbedaan-perbedaan tersebut.
"Kalau nggak ada pesantren yang mengimbangi itu nanti rusak, rusak semua, kami berharap pesantren ini terus berkembang untuk menyelamatkan ini semua," pungkas Kiai Marzuqi.