free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Kuliner

Terungkap, Inilah Sejarah Sego Pecel dan Siapa Penemunya..

Penulis : Anang Basso - Editor : A Yahya

21 - Oct - 2021, 03:13

Placeholder
Nasi Pecel / Foto : Ilustrasi, Medsos

JATIMTIMES - Postingan bahkan tebak-tebakan tentang penemu Sego Pecel di media sosial selalu ramai. Pasalnya, netizen belum banyak menemukan sejarah dan jejak pasti siapa sesungguhnya penemu nasi pecel yang di Indonesia sudah sangat populer ini. "Tidak tau," kata Roni, netizen saat ditanya siapa penemu Nasi khas dengan sambal kacang yang enak ini.

Jawaban yang sama, rata-rata juga disampaikan baik di dunia maya atau di dunia nyata. "Kurang tau, yang penting makan enak," kata Robi, saat menikmati nasi pecel, Rabu (20/10/2021) pagi di sebuah warung.

Baca Juga : Sensasi Rasa Burger Serangan Jantung di Kedai Laue Burger Bar Bikin Lidah Ketagihan

Mengutip dari Nyabtu.com yang ditulis oleh Izzuddin R. Fahmi, penikmat nasi pecel asal Ponorogo mengungkapkan, Pecel adalah kuliner yang sudah akrab di lidah masyarakat Jawa. Namun menu khas mengakrab ini jarang diketahui asal-usul dan rekam jejaknya.

Dalam literatur sejarah, pecel pertama kali disebut dalam Kakawin Ramayana, yang ditulis pada abad IX – era Mataram Kuno dibawah raja Rakai Watukura Dyah Balitung (898–930 M). Diceritakan berbagai jenis makanan termasuk pecel dihidangkan kepada para rakyat yang telah membantu memenangkan perang:

ya rasāna wanèh nya baniṅ nya lawar-lawaranya gulay-gulayanya lêmêṅ-lêmêṅanya pêṅêt-pêṅêtanya hasêm-hasêmanya takih-takihanya sarad-saradanya kulub-kulubanya bênêm-bênêmanya taman sipi riṅ mahêm mukêt ulam iṅ rêcehan ta pêcêl-pêcêlan śuci tar pacalan cêcêp iṅ jruk asin nasi tāsi saménaka” (Sarggah ke-26, bait ke-25).

Terjemahannya: “Ambillah juga hidangan daging kura-lura, semua jenis lawar (hidangan yang disiapkan dari darah), semua jenis gulai (sup daging), semua jenis hidangan yang disiapkan dari bambu, semua jenis pêṅêt, semua jenis hidangan asam, semua jenis hidangan di wadah daun kelapa, semua jenis sarad, kulub (sayuran kukus), semua jenis hidangan yang disiapkan dalam bambu panas, daging cincang yang dicampur dengan sayuran, pêcêl (salad sayuran) murni. Letakkan perasan jeruk (saat memakannya). Mintalah nasi sepuasnya.”

Pada abad X, Prasasti Siman (865 S/943 M) dari Kediri–masa rāja rake hino pu siṇḍok śrī īṣānawikrama dharmmottunggadewa–menyebutkan jenis makanan yang terbuat dari sayuran daun yang direbus (kukus?) dan diolah secara khusus dengan bumbu rempah (pangapangān rumbarumbaḥ kūluban tetis).

Sedangkan dalam Prasasti Banjarnegara (lempeng 1b)–residen Banyumas–yang belum diketahui angka tahunnya menyebutkan adanya sebuah hidangan yang membuat semua orang ramai mengambilnya (lalapan?): “laki bini, mamangan manginum, majnu, maskar, mangigal, mālapalapan” (laki-laki wanita makan, minum, meminum arak (jnu-skar), menari, menyambar lalapan).

Baca Juga : Mudahnya Mencari Teman Kencan di Kota Madiun

Pada abad XVI, dalam Babad Tanah Jawi edisi Meinsma diceritakan bahwa Ki Ageng Karanglo dari Taji (sekitar Klaten) menjamu Ki Ageng Pamanahan–dengan beberapa makanan, seperti nasi dan pecel, ayam dan sayur menir–saat akan membuka lahan di Mataram (Kacariyos Ki Agêng ing Karanglo, sampun sumêrêp yèn Ki Pamanahan boyong dhatêng ing Matawis. Ki Agêng Karanglo sumêja asêsêgah sêkul sarta pêcêl pitik jangan mênir). Sedangkan Serat Centhini, “Sang Ensiklopedia Jawa” yang ditulis pada abad XVIII juga mencatat berbagai jenis makanan, seperti nasi pulen, ayam dengan bunga pandan (panggang pudhak), sayur menir, pecel ayam (dhere), dendeng rusa, lalapan seledri kecambah dan kemangi (radyan lawan ari sru kapengin / bukti sêkul pulên panggang pudhak / jangan mênir pêcêl dhere / dhèndhèng manjangan gêpuk / lalap sladri cambah kêmangi).

Pecel dengan berbagai macam sayurannya, selain menyehatkan ternyata juga memiliki nilai sejarahnya tersendiri. Jika ditanya siapa penemu pecel, maka jawabannya adalah “embuh”?

Penulis juga menyebutkan referensinya yakni, J.L.A. Brandes, Oud-Javaansche Oorkonden. Nagelaten Transscripties (‘S-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1913).

Soewito Santoso, Ramayana Kakawin, vol. 3 (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1980).


Topik

Kuliner



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

A Yahya