free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Lingkungan

Tumbuh Subur dan Punya Nilai Ekonomis, Masyarakat Blayu Budidayakan Mendong

Penulis : Riski Wijaya - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

06 - Oct - 2021, 03:34

Placeholder
Tanaman rumput mendong di Desa Blayu Kecamatan Wajak yang bersebelahan dengan lahan tanaman padi.(Foto: Riski Wijaya/ MalangTIMES).

JATIMTIMES - Dinilai tumbuh subur dan memiliki nilai ekonomis, tanaman rumput mendong atau juga dikenal dengan sebutan purun tikus dibudidayakan oleh masyarakat Kecamatan Wajak, khususnya di Desa Blayu. Tanaman rumput mendong ini sendiri biasanya digunakan sebagai bahan kerajinan anyaman. Seperti topi, tikar, tas dan lainnya. 

Tanaman ini ternyata juga telah ditetapkan menjadi komoditas Desa Blayu. Bahkan, dari informasi yang dihimpun, selain biasa dijual dalam bentuk kerajinan anyaman, hasil produksi tanaman mendong sebagai bahan kerajinan pun juga laku dijual. Penjualannya pun juga sampai Jawa Barat dan Bali. 

Baca Juga : Sukses di Bandung, Malang Akan Miliki Tempat Wisata Islami Terintegrasi

"Petani di Desa Blayu mulai membudidayakan tanaman rumput mendong ini sejak tahun 1970 silam,dengan luas hingga mencapai di kisaran 40 hektar," ujar Kepala Desa Blayu, Harianto Selasa (5/10/2021) sore. 

Dari pantauannya, hampir secara menyeluruh, warga di desa yang berpenduduk sekitar 7.000 jiwa ini membudidayakan tanaman mendong. Sebab, selain hasilnya yang dinilai cukup menjanjikan, tanaman ini juga dinilai punya beberapa kelebihan. Seperti tahan terhadap air dan tidak dapat dimakan oleh hama. 

"Tetapi belakangan, luas lahan tanaman mendong agak berkurang. Karena sebagian petani menggantinya dengan jenis tanaman palawija," imbuh Harianto.

Sementara itu, masyarakat Desa Blayu biasanya bisa memanen tanaman mendong setiap 6 bulan sekali. Sedangkan untuk harga jualnya, per ikat tanaman mendong, atau biasa warga menyebutnya per bongkok, dibanderol dengan harga Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. 

"Mengenai proses penjualan, sebelum dibawa ke pasar, mendong itu dijemur. Kemudian diolah dan dikemas sedemikian rapi. Adapun untuk harga jual setiap satu bongkok mulai dari Rp 100 hingga Rp 150 ribu. Selain petani menjualnya dalam bentuk bahan baku, ada sebagian diproduksi menjadi berbagai kerajinan," pungkas Harianto. 

Baca Juga : Perwakilan Warga 3 Desa Geruduk Kantor DLH Kota Batu, Gara-Gara Ada Kolam di Area Sumber Gemulo

Untuk itu, dirinya berharap agar budidaya tanaman mendong ini bisa terus dilanjutkan. Sebab menurutnya, selain memiliki nilai ekonomis, tanaman rumput mendong ini telah menjadi turun temurun dari nenek moyang yang tetap perlu dilestarikan. 

Apalagi, jika banyak warga yang mau untuk mengolah, maka juga diperkirakan bakal menumbuhkan geliat ekonomi bagi masyarakat. Hingga muncul melalui usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).


Topik

Lingkungan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Riski Wijaya

Editor

Sri Kurnia Mahiruni