JATIMTIMES - Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Kediri (Dekranasda) Kota Kediri mencoba melakukan sentuhan berbeda untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober. Tahun ini, Dekranasda membuka Batik Corner selama tiga hari (1 - 3 Oktober 2021) bertempat di atrium Kediri Town Square.
"Jadi konsep Batik Corner ini adalah sebagai showcase atau ajang unjuk karya para perajin batik Kota Kediri. Tujuannya agar masyarakat dan generasi muda semakin mencintai batik, khususnya produk batik lokal kita" demikian Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar, pada Jumat (1/10/21).
Baca Juga : Wisata Kampung Coklat Blitar Kembali Dibuka, Perhatikan ini Jika Hendak Berwisata
Dalam peringatan tahun ini, lanjut Bunda Fey, Dekranasda memang ingin mengedepankan pendekatan kolaboratif dengan melibatkan dan memberikan kesempatan kepada perajin batik untuk ambil bagian. Di stan Batik Corner itu juga diperagakan praktek mencanting (menggoreskan lilin pada pola motif kain) yang dapat dilihat langsung oleh pengunjung.
"Melalui Batik Corner ini, saya ingin warga Kota Kediri lebih aware bahwa perajin batik lokal mampu membuat batik yang berkualitas, dengan karakter motif yang lebih simpel," harap Bunda Fey.
Sejauh ini, telah banyak program yang dijalankan oleh Dekranasda bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Kediri untuk memajukan usaha batik lokal. Misalnya program magang di Yogyakarta, beragam jenis pelatihan hingga fasilitasi gratis Merek dan Batikmark.
Terpisah, Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar melihat penyelenggaraan Batik Corner sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi daerah.
Baca Juga : Perubahan RPJMD Kota Malang 2018-2023 Tuntas Dibahas, Evaluasi Pemprov Jatim Jadi Acuan
"Bisnis kriya pastinya merasakan dampak dari pandemi. Jadi Batik Corner ini ikhtiar dari Pemkot dan Dekranasda agar pelaku usaha batik kita bisa menjaring konsumen potensial baru," terangnya.
Sebagai informasi, penetapan Hari Batik Nasional dimaksudkan untuk memperingati bahwa Batik Indonesia telah ditetapkan oleh UNESCO, lembaga PBB untuk ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda pada 2 Oktober 2009 lalu.
