JATIMTIMES - Minat baca tulis di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur (Jatim) hingga saat ini bisa dikatakan sangat rendah.
Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Abdullah Sahuri, salah satu tokoh pemuda di Kecamatan Galis, yang saat ini menggandrungi dunia literasi. Dia menyebutkan, bahwa kabupaten yang memiliki julukan Kota Dzikir dan Sholawat itu hingga saat ini dinilai lemah dalam bidang literasi, khususnya di bidang baca tulis.
Baca Juga : DPRD Banyuwangi Sepakati Rencana Perubahan APBD Tahun 2021
Tidak sembarang dia mengutarakan kondisi tersebut. Pria yang juga merupakan founder pendekar literasi itu mengutarakan, sesuai hasil analisa di lapangan, bisa dilihat kondisi perpustakaan Bangkalan, yang menurutnya sangat lemah dan sepi pengunjung.
"Sejauh saya menggeluti dunia literasi, banyak saya jumpai rendahnya minat baca. Terutama di kalangan anak muda yang diklaim generasi andalan dengan tagline Bonus Demografi. Coba kita lihat, Perpustakaan Bangkalan aja sepi pengunjung, mungkin karena ada pandemi kali ya," ucap pria yang akrab disapa Aab itu, sambil tersenyum kepada BangkalanTIMES, Rabu (29/9/2021).
Tidak hanya dilihat dari perpustakaan saja, dia juga menyinggung terkait kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Bangkalan. Apakah kata dia, Bangkalan akan seterusnya berada di angka paling rendah se-Jawa Timur.
Harusnya, pihak pemerintah kabupaten (Pemkab) Bangkalan, khususnya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dalam hal ini Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, lebih jeli dalam menarik masyarakat Bangkalan. Sehingga lebih giat lagi dalam urusan literasi khususnya Baca Tulis.
"Jantung dari perkembangan pola fikir manusia ini saya kira ada di sejauh mana kita menggeluti literasi, khususnya dalam bidang membaca, ya, saya rasa kita sama-sama taulah, bagaimana manfaat membaca itu," kata dia yang juga seorang penulis buku dengan judul 'Aku Malas Membaca' itu.
Tidak asal mengkritik, pria yang juga menjabat sebagai ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan Galis ini memberikan solusi, bahwa Bangkalan kata dia dipandang perlu adanya 'Duta Baca', hal itu sebagai terobosan baru untuk mempelopori masyarakat agar sadar literasi.
"Saya kira, Bangkalan perlu adanya Duta Baca, toh memang belum ada. Kita butuh simbol agar ada pelopor untuk masyarakat bisa sadar Literasi," cetusnya dia dengan nada yakin.
Namun kata dia, Duta Baca harus benar-benar bisa menjadi icon dan contoh, terutama dalam bidang literasi bagi kalangan pemuda.
Baca Juga : Bupati dan Wabup Lumajang Saksikan Latihan Tempur Korps Paskhas TNI-AU
"Tapi syaratnya, jangan sampai seperti yang sudah-sudah, nanti malah bergantung pada orang dalam, kalau seperti itu caranya, saya kira Bangkalan akan rugi dua kali," ucapnya.
Menanggapi hal itu, Kabid Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bangkalan Yuyun Fajar Novela mengakui, bahwa minat baca masyarakat Bangkalan masih sangat rendah.
Bahkan kata dia, persoalan minat baca di Bangkalan sudah menjadi kendala dari tahun ke tahun, dan itu menjadi tantangan bagi dirinya. "Apalagi saat ini kondisinya sedang pandemi, jadi perpus sekarang kita batasi, karena ada edaran dari Bupati," kata Yuyun.
Sementara untuk penobatan duta baca, Kabid Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca, yang akrab disapa Yuyun itu mengaku, masih belum jauh terpikirkan ke penobatan duta baca.
"Tapi kedepannya insyaallah kami akan ada pemikiran untuk itu. Sebab, kami juga harus tahu memikirkan dengan matang dulu, kemanfaatannya seperti apa, khawatirnya nanti malah tidak ada manfaatnya," sanggah dia.
Sekedar diketahui, pada tahun 2016 IPM Bangkalan mencapai 62,06, tahun 2017 masih 62,30, lalu tahun 2018 tercatat 62,87 dan pada tahun 2019 mencapai 63,79. Walaupun ada kenaikan setiap tahun, peringkat di provinsi masih stagnan ke 37 dari 38 kabupaten dan kota.