JATIMTIMES - Jejak-jejak penyebaran agama Islam di Jombang pada masa kerajaan masih bisa dijumpai hingga sekarang. Salah satunya adalah makam Pangeran Benowo yang berada di Dusun/Desa Wonomerto, KecamatWonosalam, Kabupaten Jombang.
Lokasi makam Pangeran Benowo ini berjarak 35 kilometer dari pusat kota Jombang, atau sekitar 1 jam perjalanan darat dari pusat kota santri. Kompleks makam Pangeran Benowo ini berada di wilayah perbukitan dengan ketinggian sekitar 500 mdpl.
Baca Juga : Dipimpin Qurtubi Jaelani, Ini Visi dari Front Persaudaraan Islam atau FPI Baru
Karena berada di tanah perbukitan, peziarah yang berkunjung harus berjalan kaki sejauh 300 meter dari pemukiman penduduk. Akses jalan sudah cukup bagus, namun kondisinya menanjak.
Pusara makam Pangeran Benowo ini berada di dalam sebuah bangunan. Di dalam bangunan ini juga terdapat makam kedua istrinya. Yaitu Dewi Sekar Arum dan Dewi Sekar Kedaton.
Di luar bangunan utama makam, terdapat puluhan kuburan pengikut Pangeran Benowo dan beberapa juru kunci makam terdahulu. Sejumlah kuburan memiliki nisan berupa batu kuno bernuansa Islami.
Komplek makam kuno ini bukti jejak penyebaran agama Islam di wilayah Jombang sebelah selatan, atau wilayah gunung Anjasmoro, Kecamatan Wonosalam. Menurut cerita juru kunci makam, Watono (69), Pangeran Benowo tiba di hutan Wonomerto, kini bernama Dusun/Desa Wonomerto, setalah memutuskan meninggalkan Kerajaan Pajang sekitar tahun 1590 Masehi.
Pangeran Benowo sebelumnya merupakan Sultan Kerajaan Pajang yang menjabat selama dua tahun sejak 1588 Masehi. Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari kesultanan Demak yang berpusat di Jawa Tengah.
Pangeran Benowo merupakan putra dari Sultan Pajang Pertama yaitu Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir. Bila dirunut ke atas, Pangeran Benowo merupakan keturunan Prabu Brawijaya V atau Bhre Kertabumi dari istri Ratu Dwarawati Murdaningrum atau Putri Cempa.
Pangeran Benowo ini memilih turun tahta untuk menghindari konflik keluarga kerajaan. Kemudian memilih hutan wonomerto sebagai tempat persembunyiannya. Di lokasi inilah Pangeran Benowo membuat padepokan dan menyiarkan agama Islam.
Baca Juga : Terkenal Dalam Kisah Mitologi, Naga Disebut Sebagai Bagian Dari Hewan Surga
"Pangeran Benowo ini babat alas untuk mendirikan pemukiman, sekalian menyebarkan agama Islam. Karena waktu itu di sini masyarakatnya masih primitif. Dalam artian masyarakatnya belum mengenal Tuhan. Banyak yang nyembah pohon dan batu," terangnya saat diwawancarai wartawan di lokasi makam, Sabtu (18/09).
Di masa penyebaran agama Islam, Pangeran Benowo mengalami sejumlah gangguan yang menyulitkannya melakukan siar. Dia akhirnya menggunakan media alat kesenian berupa rebana dengan melantunkan salawat dan doa-doa.
Melalui alat tersebut, Pangeran Benowo akhirnya bisa mempengaruhi penduduk sekitar untuk melakukan Islam. Peristiwa terjadi pada hari Jumat Pahing (penanggalan jawa, red).
"Dari situ mulai sedikit demi sedikit penduduk sini mulai memeluk Islam. Hingga saat ini, mayoritas warga Wonomerto beragam Islam," kata Watono.
Hingga saat ini, di setiap hari Jumat Pahing tersebut terus diadakan selawatan dan doa rutinan di Desa Wonomerto. Ini sebagai bentuk melestarikan budaya dari penyebaran agama Islam oleh Pangeran Benowo.