JATIMTIMES - Memberikan asupan gizi anak pada seribu hari pertama kehidupan (SHPK) hingga usia dua tahun merupakan hal yang penting dan tidak boleh disepelekan oleh orang tua. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak, baik fisik maupun otak.
dr Sri Fauziyah, SpA M Biomed, dokter spesialis anak Rumah Sakit Islam (RSI) Unisma menjelaskan, pemberian asupan gizi yang tepat pada masa SHPK tentunya dimulai sejak pada masa kehamilan sampai anak lahir hingga usia dua tahun.
Baca Juga : 6 Ilmuwan Perempuan Muslim Berpengaruh di Dunia, Terbaru dari Indonesia
"Mengapa hal itu penting, karena pada masa itu juga merupakan periode emas bagi anak dalam perkembangan dan pertumbuhan otak," jelas dokter yang akrab di sapa dr Ziya ini.
Lebih lanjut dijelaskannya, jika hal tersebut disepelekan tentunya akan berdampak negatif pada tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak menjadi tidak optimal bahkan berimbas hingga dewasa. Asupan gizi yang optimal, tentunya juga akan berpengaruh kepada sistem kekebalan tubuh anak yang kuat. Bukan hanya itu, hal tersebut juga menentukan perkembangan kognitif anak dan juga mengurangi risiko terjangkit penyakit kronis.
"Dampaknya entah anak itu mengalami stunting, perkembangan kognitif terganggu, sering sakit-sakitan. Makanya dalam pemberian asupan gizi harus optimal pada SHPK itu," ungkapnya.
Dalam pemenuhan asupan gizi, mulai dari bayi lahir terdapat poin penting yang harus dipenuhi. Ketika bayi baru lahir, diupayakan untuk ada Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Ketika bayi baru saja lahir, diusahakan untuk bisa langsung kontak dengan sang ibu dan langsung menyusui.
"Diberikan asi eksklusif sampai enam bulan. Kemudian setelah usia bayi mencapai enam bulan diberikan juga makanan pendamping ASI. Atau kita kenal empasi," tuturnya.
Bilamana di sela waktu enam bulan untuk pemberian asi eksklusif, namun asi tak keluar, maka bisa saja anak diberikan susu formula. Bilamana ASI tak terdapat kendala, namun diselingi dengan susu formula, hal tersebut juga diperbolehkan. Akan tetapi, tetap yang diutamakan adalah ASI.
Baca Juga : Tingkatkan Keaktifan Mahasiswa, IAI-NATA Gelar PKKMB
"Tapi juga harus dilakukan evaluasi kenapa ASI tidak keluar. Apakah karena faktor nutrisi dari ibu, apakah memang diperlukan suplementasi, atau faktor hormonal. Itu perlu dievaluasi supaya bisa ASI nya keluar," terangnya.
Kemudian untuk suplementasi anak, terdapat rekomendasi diberikan kapsul vitamin A. Disarankan juga orang tua untuk terus melakukan pemantauan terhadap berat badan anak dengan mengikuti posyandu atau puskesmas terdekat.
"Ditimbang secara berkala, dipantau pertumbuhannya, orang tuanya saat menyiapkan makanan bayi maupun menyusui bayi juga harus memperhatikan betul-betul higenisitas," pungkasnya.