JATIMTIMES - Tepat hari ini, Sabtu (11/9/2021) akan menandai peringatan 20 tahun serangan teror paling mematikan di tanah 'Paman Sam'. Teror yang menerjang 3 lokasi di Amerika Serikat (AS) itu menewaskan hampir 3.000 orang.
Terlebih saat ini, AS harus menerima pil pahit kenyataan karena Afghanistan kembali pada cengkeraman Taliban. Peringatan 2 dekade teror 9/11 ini, kala itu berlangsung hampir 2 pekan setelah AS yang dibantu sekutunya, resmi mengakhiri invasi ke Afghanistan pada akhir Agustus lalu.
Nahasnya, akhir pendudukan AS selama 2 dekade di Afghanistan justru membuat negara Asia Selatan jatuh lagi ke tangan Taliban, yang selama ini mati-matian dicegah oleh Negeri Paman Sam.
Perangi terorisme
Sepekan setelah teror 11 September terjadi, presiden AS yang saat itu, George W Bush, mengumandangkan perang global terhadap terorisme. Ia bertekad menggunakan seluruh sumber daya AS untuk menumpas terorisme global.
Di minggu yang sama, Bush dan Kongres AS juga telah menyetujui resolusi bersama terkait Otorisasi Penggunaan Kekuatan Militer (AUMF) yang langsung berlaku sebagai hukum pada 18 September 2001 hingga sekarang. AUMF memberikan presiden wewenang mengerahkan militer AS dan segala kekuatan terhadap mereka yang dinilai "merencanakan, mengizinkan, melakukan, dan membantu" serangan teror 11 September.
Sebulan usai serangan 11 September, Bush lantas memutuskan menginvasi Afghanistan, sebuah langkah yang didukung habis-habisan oleh kebanyakan warga AS saat itu. Tujuan awal invasi AS ke Afghanistan yakni memburu Al-Qaeda, dan pemimpinnya, Osama bin Laden, sebagai dalang utama serangan teror 11 September 2001.
Kala itu, Afghanistan tengah berada di bawah rezim Taliban, yang memiliki kedekatan dengan Al-Qaeda. Sebelumnya, Bush menuntut rezim Taliban menyerahkan anggota Al-Qaeda termasuk Bin Laden yang bersembunyi di Afghanistan.
"Pilihannya hanya antara Anda bersama kami, atau Anda bersama teroris," kata Bush mengultimatum rezim Taliban dan seluruh negara di dunia dalam pidatonya pada September 2001 lalu.
Namun, Taliban justru menolak. Bush pun naik pitam hingga pada Oktober 2001 ia memutuskan AS menginvasi Afghanistan, sebulan setelah teror 9/11 terjadi dengan dalih perang global melawan terorisme.
Invasi AS ke Afghanistan nyatanya berjalan jauh lebih sulit dari tujuan awal Bush, memburu Osama bin Laden. Alih-alih menangkap Osama bin Laden, militer AS di Afghanistan malah terdistraksi dengan pertempuran mereka melawan pasukan Taliban yang saat itu berkuasa.
Mengutip melalui Council on Foreign Relations, Bin Laden pun sempat kabur ke Pakistan untuk menghindari pertempuran AS melawan milisi Al-Qaeda dan Taliban di Afghanistan. AS saat itu dibantu milisi Afghanistan, Northern Alliance, memberangus Taliban dan Al-Qaeda.
Alih-alih membunuh Bin Laden, AS malah berhasil menggulingkan Taliban dari pemerintahan Afghanistan hanya dalam 2 bulan setelah invasinya ke negara itu. Sambil memburu Osama bin Laden, AS kemudian membantu Afghanistan membentuk pemerintahan baru dan pembangunan di negara tersebut.
Baca Juga : Buruan Daftar, Pelaku UMKM di Kota Malang Bisa Dapat Bantuan Rp 1,2 Juta
Di saat bersamaan, perlawanan Taliban terhadap pendudukan AS dan sekutu di Afghanistan terus berlanjut. Kelompok itu tak jarang meluncurkan bom bunuh diri dan serangan lainnya terhadap pasukan pemerintah Afghanistan dan Barat.
Hingga akhirnya Bin Laden berhasil ditemukan dan dibunuh di Pakistan 10 tahun kemudian, tepatnya pada 1 Mei 2011. Setelah pemimpin Al-Qaeda itu ditaklukkan, Negeri Paman Sam masih melanjutkan invasinya di Afghanistan.
Hingga pada Februari 2020, AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump meneken perjanjian 'Menuju Perdamaian' dengan Taliban di Qatar. Dalam perjanjian tersebut, AS sepakat menarik seluruh pasukan dari Afghanistan dan Taliban dan menjamin tidak akan menjadikan negara itu oleh kelompok teroris.
Kemudian November 2020, pemerintahan Trump mulai mengumumkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan menjadi 2.500 pasukan pada pertengahan Januari 2021.
Keputusan tersebut dilakukan setelah negosiasi antara Taliban dan pemerintah Afghanistan yang saat itu menemui jalan buntu. Taliban pun kembali melancarkan serangkaian serangan mereka di negara tersebut.
Pengumuman itu lalu muncul 2 bulan menjelang Trump lengser. Pada April lalu, penerus Trump, Presiden Joe Biden, meminta perpanjangan waktu penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang awalnya ditetapkan pada Mei 2021.
Biden menegaskan AS akan menarik seluruh pasukannya dari negara Asia Selatan itu hingga Agustus kemarin terlepas hasil negosiasi perdamaian intra-Afghanistan. Untuk diketahui, sejak pasukan AS mulai ditarik pulang pada Mei lalu, kelompok milisi Taliban mulai menunjukkan taringnya lagi dengan merebut belasan ibu kota dari pasukan pemerintah Afghanistan.
Hingga pada 15 Agustus, 2 pekan menjelang tenggat waktu kepergian AS, Taliban mengklaim bahwa pihaknya telah mengambil alih kekuasaan Afghanistan setelah berhasil menduduki Ibu Kota Kabul dan Istana Kepresidenan. Padahal, Taliban adalah salah satu alasan AS hadir hingga 20 tahun lamanya di Afghanistan.