JATIMTIMES - Penularan virus Covid-19 rentan menyerang ibu hamil. Bahkan, tak sedikit dari ibu hamil yang meninggal akibat terpapar Covid-19.
Di Kota Malang, sepanjang pandemi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mencatat setidaknya 27 ibu hamil meninggal akibat Covid-19.
Baca Juga : Penanganan Covid-19 Semakin Membaik, BOR Kota Malang Terus Alami Penurunan
"Ada 27 ibu hamil meninggal terpapar Covid-19, tidak ada pertambahan lagi. Diharapkan dan kami usahakan tidak ada lagi ibu hamil yang meninggal karena Covid-19," ujar Kepala Dinkes Kota Malang dr Husnul Muarif.
Dijelaskannya, ibu hamil memang berpotensi untuk terpapar Covid-19 meski tidak memiliki riwayat penyakit penyerta atau komorbid. Namun, kondisi ibu hamil dengan bayinya memang butuh lebih optimal dalam imunitas tubuhnya.
"Semua ibu hamil berpotensi kena Covid-19, sekalipun nggak kena komorbid. Tapi, mereka yang ada komorbid lebih rawan," jelasnya.
Karena itu, berbagai upaya terus dioptimalkan untuk mengantisipasi ibu hamil tidak terpapar Covid-19. Seperti, dengan juga menggencarkan program vaksinasi bagi ibu hamil.
Kemudian, menggandeng beberapa rumah sakit di Kota Malang untuk tenaga kesehatan (Nakes) yang ahli di bidangnya terlibat dalam memberikan pemeriksaan kesehatan hingga pengetahuan bagi ibu hamil di masing-masing wilayah terkait Covid-19.
"Upayanya, vaksinasi ibu hamil di masing-masing wilayah. Kemudian kita juga sudah kerja sama dengan fakultas kedokteran Universitas Brawijaya, RSSA, apa itu? Mereka yang ahli di dalam kebidanan nanti untuk ada di masing-masing puskesmas, memberikan pemahaman terutama mendeteksi gejala-gejala awal Covid-19 dengan ibu hamil," katanya.
Tak hanya itu, menurut Husnul, di masing-masing wilayah Puskesmas juga diminta untuk memetakan kriteria kondisi ibu hamil. Yakni, dari kondisi ibu hamil normal, ibu hamil dengan risiko.
Baca Juga : Mengenang 17 Tahun Kematian Munir yang Diracun di Udara saat Perjalanan ke Belanda
Di mana, untuk ibu hamil dengan risiko masih dibagi beberapa bagian, seperti risiko ringan, risiko sedang, dan risiko berat. Sehingga akan terpantau, ketika ibu hamil berisiko ditangani dengan tepat.
"Nah masing-masing ada pemetaannya. Kalau yang risiko ringan nanti bisa di puskesmas, bisa di bidan. Risiko sedang masuk ke rujukan mana, dan selama proses itu tetap dipantau. Jangan sampai nanti risiko ringan ini bisa naik ke sedang. Yang kita usahakan itu yang risiko sedang bisa menjadi risiko ringan," terangnya.
Salah satu yang sering muncul yakni ibu hamil dengan kondisi risiko sedang, seperti memiliki riwayat hipertensi dalam kehamilannya. Hal ini kemudian yang akan dilakukan pemantauan oleh fasilitas kesehatan di wilayah setempat.
"Ini yang kita intervensi lewat puskesmas wilayah, dokter atau bidan. Kalau bisa diatasai alhamdulillah, kalau perlu rujukan kita kerja sama untuk dirujuk di RSSA," tandasnya.