JATIMTIMES - Sejarah tentang Nabi Muhammad SAW dalam Islam memang tidak ada habisnya. Berbagai cerita menarik patut untuk kita ketahui.
Tak hanya tentang sosok Nabi Muhammad saja, namun kisah kehebatan anak-anak di sekitar Rasulullah SAW juga patut kita jadikan teladan.
Baca Juga : Lelaki Bejat 58 Tahun Tega Setubuhi Gadis di Bawah Umur
Ada sosok anak yang pemberani dan hebat di zaman Rasul, ia adalah Zaid bin Tsabit RA. Zaid bin Tsabit merupakan anak keturunan Bani Khazraj.
Ia dikenal sebagai penerjemah Rasulullah SAW berkat kecerdasannya yang luar biasa. Saat berumur 11 tahun, Zaid bin Tsabit dikabarkan telah menghafal beberapa surat Alquran.
Kemudian, saat Rasulullah mendengar berita ada seorang anak di Madinah yang cerdas dan hafal surat-surat Alquran, beliau langsung memanggilnya untuk kemudian diuji. Rasulullah pun lantas mengagumi kecerdasan yang dimiliki Zaid dan memintanya untuk belajar bahasa Ibrani.
Tidak butuh waktu lama, Zaid pun mampu menguasainya. Berkat kecerdasan itu, Zaid kemudian diangkat sebagai sekretaris Rasulullah.
Tak cuma tampil sebagai penerjemah, ia juga menjadi penulis wahyu. Bila wahyu turun, Rasulullah langsung memanggil Zaid, lalu dibacakan kepadanya dan disuruh menuliskannya.
Alhasil, ia menjadi orang pertama tempat umat Islam bertanya tentang Alquran setelah Nabi Muhammad kembali ke rahmat Allah.
Tak sekedar cerdas, Zaid bin Tsabit juga dikenal sebagai anak pemberani. Ia juga pernah bergabung dalam pasukan muslim membantu Nabi pada Perang Badar dan Uhud.
Namun, karena posturnya yang masih kecil, Nabi melarangnya ikut berperang. Zaid baru diizinkan Rasulullah membela kaum muslimin saat Perang Khandaq.
Baca Juga : Dorong Peningkatan Jiwa Leadership Mahasiswa, FEB Unisma Gelar Workshop Kepemimpinan
Setelah Nabi Muhammad wafat, kaum muslimin yang dipimpin Khalifah Abu Bakar RA kala itu dibuat sibuk melawan orang-orang murtad. Ketika Perang Yamamah melawan Musailamah Al-Kadzdzab si nabi palsu, banyak hafidz (penghafal Alquran) yang wafat sehingga menjadi kekhawatiran bagi Khalifah Abu Bakar.
Zaid bin Tsabit lantas diperintahkan agar mengumpulkan mushaf (lembaran ayat-ayat Alquran) untuk dibukukan. Ia pun memegang amanah dan tanggung jawab yang besar.
Zaid mengecek dan menelaah hingga ayat-ayat Alquran tersusun dan terbagi-bagi berdasarkan surat masing-masing. Zaid berkata, "Demi Allah! Kalau sekiranya kalian bebankan aku untuk memindahkan bukit dari tempatnya, tentu hal itu lebih ringan daripada kalian perintahkan aku untuk membukukan Alquran."
Ia juga mengatakan: "Aku meneliti Al-Qur'an , mengumpulkannya dari daun-daun lontar dan hafalan-hafalan orang." Berkat taufik dari Allah, ia berhasil menjalankan amanah besar tersebut.
Zaid bin Tsabit juga meriwayatkan 92 hadis yang 5 disepakati bersama oleh Iman Al-Bukhari dan Imam Muslim. Ia diakui sebagai ulama di Madinah yang keahliannya meliputi bidang fiqih, fatwa dan faraidh (waris).
Zaid bin Tsabit wafat pada tahun 45 Hijriyah di masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan RA. Putranya, Kharijah bin Zaid, menjadi seorang tabi'in besar dan salah satu di antara 7 ulama fiqih Madinah pada masanya.